Rabu, 06 Mei 2015

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN KALA IV





LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA IV


1.      DEFINISI
-          Persalinan adalah    Proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan/dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir/melalui jalan lain dengan bantuan. (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 138)
-          Persalinan adalah    Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan, disebut dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
(FK. Unpad Bandung. Hal 221)
-          Persalinan adalah    Proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal 100)
-          Kala IV adalah Kala yang berlangsung mulai dari lahirnya plasenta (ari-ari) dan lamanya 2 jam. (yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 101)
-          Kala IV adalah        Kata pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan PP. (Prof. dr. Rustam Mochtar, 97)
Sebelum meninggalkan wanita PP, harus diperhatikan 7 pokok penting:
-          Kontraksi uterus harus baik
-          Tidak ada perdarahan dari vagina/perdarahan dalam alat genetalia lainnya.
-          Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
-          Kandung kencing harus kosong.
-          Luka-luka pada perineum terawat dengan baik dan tidak ada hematoma.
-          Bayi dalam keadaan baik.
-          Ibu dalam keadaan baik
(Kapita Selekta Kedokteran, Uri, Jilid I, hal 292 dan YBPSP, hal 200)

2.      FISIOLOGIS
Pada saat persalinan Kala IV ibu akan mengalami perubahan-perubahan pada badannya, diantaranya:
a.       Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya seperti sebelum hamil
-          Bayi lahir     :   TFU setinggi pusat dengan berat uterus 1000 g.
-          Uri lahir       :   TFU teraba 2 jam di bawah pusat dengna berat uterus 750 gr.
-          1 mgg PP     :   TFU teraba pertengahan pusat-sympisis dengan berat uterus 500 gr.
-          2 mgg PP     :   TFU tidak teraba di atas sympisis dengan berat uterus 350 gr.
-          6 mgg PP     :   TFU bertambah kecil dengan berat uterus 30 gr.
-          8 mgg PP     :   TFU sebesar normal dengan berat uterus 30 gr.
b.      Serviks
-          Segera setelah kelahiran, serviks bersifat patulkus, terkulai dan tebal.
-          Setelah persalinan ostium uteri eksterna (OVE) dapat dimasuki 2-3 jari tangan.
-          Bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman, konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil setelah persalinan.
c.       Vagina
-        Torus vagina dipengaruhi oleh peregangan yang telah terjadi selama kala II persalinan.

3.      PATOLOGIS
a.       Hemorargi Post Partum (HPP)
Kehilangan darah lebih dari 500 cc dari traktus genetalia setelah melahirkan HPP dibagi menjadi 2 yaitu:
·         HPP primer
Mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran penyebab:
-          Uterus atonik (terjadi karna misal : plasenta/selaput ketuban tertahan)
-          Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan/gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk sc, episiotomi)
-          Inversio uteria
·         HPP skunder
Mencakup semua kejadian HPP yang terjadi antara 24 jam setelah lahir bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab:
-          Fragmen plasenta/selaput ketuban tertahan.
-          Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet.
-          Terbukanya luka pada uterus.

b.      Atonia uteri
Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali. Keadaan ini dapat terjadi, apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri dan untuk mengatasi segera dilakukan kompresi bimanual eksterna (KBE) dan (kompresi bimanual interna) KBI.

c.       Sisa plasenta
Untuk menghindari perdarahan karena sisa plasenta, perlu plasenta diperiksa dengan teliti kalau plasenta tidak lengkap maka rongga rahim harus diperiksa, dan sisa plasenta dilepaskan dengan tangan.

d.      Ruptur perineum, serviks dan vagina
·         Robekan serviks sering terjadi pada sisi lateral karena serviks yang terjulur, akan mengalami robekan pada posisi spina ischiadika karena tertekan oleh kepala bayi.
·         Robekan perineum
-          Robekan perineum derajat I : melibatkan mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.
-           Robekan perineum derajat II : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum.
-          Robekan perineum derajat III : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum, (yang bergantung pada keadaan robecan) dan pada spingter ani eksterna.
-          Robecan derajat IV : melibatkan mukosa vagina, fourcette posterior, kulit perineum dan otot-otot perineum, (yang bergantung pada keadaan robecan), spingter ani eksterna dan dinding rectum anterior.




e.       Syok
Suatu syndrome klinis yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Tujuan utama pengobatan syok:
-          Menstabilkan kondisi pasien.
-          Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah.
-          Mengefisiensi sistem sirkulasi darah.
Tanda-tanda syok:
-          Nadi cepat, lemah (110 x/menit atau lebih).
-          Tekanan darah rendah (sistolik < 90 mmHg).
-          Pucat
-          Berkeringat/dingin, kulit lembab.
-          Nafas cepat (lebih dari 30 x/menit)
-          Cemas, kesadaran menurun/tidak sadar.
-          Produksi urine sedikit (kurang dari 30 cc/jam).

f.       Infeksi
Tanda/gejala infeksi:
-          Nadi cepat (110 x/menit atau lebih).
-          Temperatur tubuh di atas 38 C.
-          Kedinginan
-          Cairan vagina yang berbau busuk




























POHON MASALAH
PERSALINAN NORMAL
KALA III
KALA II
KALA I
KALA IV
Observasi yang dilakukan:
-       Kontraksi uterus
-       Tidak terjadi perdarahan
-       KU ibu baik
-       TTV
-       TFU 2 jari dibawah pusat
-       Urine ± 50 cc/jam
Bagian selaput plasenta

Sub ovulasi


HPP
Kontraksi terganggu

Uterus lembek

TFU diatas umbilikus

Pengeluaran darah > 500 cc

TTV: N > 100 x/menit
         TD 90/60 mmHg
       

Atonia uteri
Perdarahan > 500 cc

TTV: N > 100 x/menit
         TD 90/60 mmHg
         S : 36,5 – 37,5 C
         RR : > 30 x/ment


Syok
Air ketuban berwarna hijau

TTV
N : > 100 x/menit
S : > 38 C

INFEKSI
Kebutuhan :
-          Pemberian nutrisi / makan, minum
-          Istirahat yang cukup
-          Mobilisasi dini
 
























                                                                                                                     





INTERVENSI
Dx       : P..........A......... dengan impartu kala IV
Tujuan : ibu dapat melampau kala IV dengan normal
KH      : KU ibu baik
  TTV baik
  TD : 110/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5 – 37,5 C
N : 80 -100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
TFU 2 jari di bawah pusat
Perdarahan < 500 cc/jam
Urine ± 500 cc/jam
Lama kala IV samapi dengan 2 jam post partum
Intervensi
1.      Periksa kedua sisa plasenta
R : memastikan tidak adanya plasenta yang tertinggal didalam jalan lahir
2.      Evaluasi laserasi pada vagina dan perineum
R : mencegah terjadinya perdarahan aktif
3.      Pastikan uterus bekontraksi dengan baik
R : uterus berkontraksi menandakan plasenta telah lahir lengkap
4.      Bairkan bayi kontak kulit dengan ibu
R : kontak kulit ibu dan bayi bermanfaat untuk meningkatkan rasa sayang satu sama lain ( bounding Attachment)
5.      Lakukan penimbangan bayi, beri salep mata dan suntik vitamin K
R : memastikan bayi dalam keadaan normal, mencegah terjadinya infeksi mata dan perdarahan pada otak bayi
6.      Beri suntikan imunisasi HB 0 di paha kanan
R : mencegah terjadinya penyakit Hepatitis B
7.      Pantau kontraksi dan perdarahan pervaginam
R : memastikan kontraksi uterus ibu tetap baik dan tidak terjadi perdarahan pasca persalian
8.      Anjurkan keluarga / suami cara massase fundus yang benar
R : pengetahuan akan massase fundus perlu diketahui oleh ibu dan suami untuk mencegah terjadinya perdarahan pervaginam yang tidak diinginkan
9.      Estimasi jumlah kehilangan darah
R : memastikan bahwa ibu tidak kehilangan banyak darah saat persalinan
10.  Pantau TTV ibu
R : mengetahui kondisi ibu pasca persalinan
11.  Observasi KU bayi
R : mencegah dan menghindari kemungkinan keadaan yang abnormal pada bayi
12.  Tempaktak semua peralatan bekas pakai
R :peralatan bekas pakai direndam dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit untuk membersihkan dari cairan tubuh ibu
13.  Buang bahan-bahan sekali pakai
R : Pastikan pembuangan bahan-bahan sekali pakai pada tempatnya masing-masing untuk menghidari terjadiya infeksi
14.  Ciptakan rasa nyman pada ibu
R : rasa nyaman pada ibu dapat mempengaruhi psikis ibu


15.  Anjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya dan anjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minumana yang diinginkan
R : pemberian ASI pada bayi dapat dilakukan saat lahir / IMD selama 1 jam. Makanan dam minuman dibutuhkan ibu untuk mengembalikan tenaga yang hilang ssat persalinan
16.  Dekontaminasi tempat bersalin
R : mencegah penyebab penyakit dari pasien ke penolong
17.  Lepas sarung tangan
R : mencegah infeksi dan menjaga kebersihan
18.  Cuci tangan
R : mencuci tangan mencegah terjadinya infeksi silang
19.  Lengkapi partograf
R : partograf akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan, mencatat kondisi ibu dan janinnya, mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan, dan kelahiran, mengidentifikasi dini penyulit persalinan, serta membantu membuat keputusan klinis yang sesuai dan tepat waktu

Masalah
A.    HPP
Tujuan      : perdarahan dapat teratasi
KH           : KU ibu baik
                   Perdarahan < 500 cc ( 1 pembalut penuh 1 jam)
                   TFU 2 jari dibawah pusat
                   Lochea sesuai dengan polanya (hari/waktu)
Intervensi
1.      Tinjau ulang catatan kehamilan dan perslinan/kelahiran, perhatikan faktor-faktor penyebab / pemberatan pada situasi hemorangi
R : membantu dalam membuat rencana asuhan / tindakan yang tepat dan sesuai
2.      Kaji dan catat jumlah tipe dan sisi perdarahan, timbang dan hitung pergantian pembalut
R : perkiraan kehilangan darah dapat membantu membuat diagnosa banding dan menentukan kebutuhan pengganti

B.     Syok
Tujuan      : syok dapat dihindari
KH           : KU ibu baik
                   TTV dalam batas normal
  TFU 2 jari dibawah pusat
  Perdarahan kurang dari 500 cc
Intervensi
1.      Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda dan gejala syok
R : perdarahan berlebihan dan tetap dapat mengancam hidup pasien/ mengakibatkan infeksi post partum, nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi
2.      Periksa suhu dan keadaan umum ibu
R : dengan observasi TTV, kita bisa tahu apakah ibu terkena syok atau tidak
3.      Baringkan ibu miring ke kiri
R : mencegah kompresi aorta dan vena cafa inverior meningkatkan aliran balik vena
4.      Pasang infus dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16/18 dan berikan RL/NS)
R : penggunaaan cairan memperbaiki hipovolumi



C.     Infeksi
Tujuan      : infeksi dapat dihindari
KH           : KU ibu baik
                   TTV dalam batas normal
                   Loche tidak berbau busuk
Intervensi
1.      Tinjau ulang catatan parenatal, inpartu dan pasca partum
R : mengindentifikasi faktor-fakror yang menempatkan pasien pada kategori resiko tinggi terhadap terjadinya penyebaran infeksi pasca partum
2.      Pertahankan kebijakan mencuci tanagn dengan ketat untuk staf klien dan penggunjung
R : mencegah terjadinya kontaminasi silang
3.      Berikan dan intruksikan klien dalam hal pembuangan linen terkontaminasi dan pembalut dengan tepat
R : mencegah penyebaran infeksi
4.      Pantau suhu, nadi, dan prnafasan, perhatikan adanya menggigil
R : peningkatan TTV menyertai adanya infeksi
5.      Anjurkan pasien posisi semi flower
R : meningkatkan aliran lochea dan drainase uterus/pelvis
6.      Tingkatkan mobilisasi dini, yang diseimbangkan dengan istirahat adekuat
R : meningkatkan sirkulasi, pembersihan sekresi pernafasan dan drainase lochea

Kebutuhan
A.    Rehidrasi cairan dan nutrisi
Tujuan      : dengan dilakukannya asuhan kebidanan diharapkan kebutuhan ibu terpenuhi
KH           : Ibu tampak lebeih segar dan Fit
                   Keluhan nyeri berkurang
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terapeutik pada klien
R : menjalin kerjasma dan hubungan terhadap tindakana yang akan dilakukan
2.      Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minumana yang diinginkan ibu
R : pemenuhan kebutuhan cairan dan nutrisi pasca persalinan

B.     Inisiasi menyusui dini (IMD)
Tujuan      : diharapkan bayi mendapat kolstrum pertama kali
KH           : ibu dapat menyusui bayinya dengan benar
Intervensi
1.      Laukukan pendekatan terapeutik
R : menjalin kerjasma dan hubungan terhadap tindakana yang akan dilakukan
2.      Ajari ibu cara menysui yang benar
R : mencegah terjadinya masalah pada payudara
3.      Anjurkan ibu menyusui sesering mungkin
R : stimulasi dalam memproduksi ASI lebih lancar

C.     Pemberian Vit A
Tujuan      : dengan dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kebutuhan ibu terpenuhi
KH           : ibu tampak lebih segar dari sebelumnya
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terapeutik pada klien
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      Anjurkan ibu untuk minum tablet Vit A yang diberikan bidan
R : guna pemberian imunisasi pasif pada bayi melalui ASI



DAFTAR PUSTAKA


Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta, Media Aesculapius, 2000

Universitas Kedokteran UNPAD, Obstetri Fisiologis, Bandung, Elemen, 1993

Manuaba, Ida Bagus Gde, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC. 1998

Prawirohardjo, Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta, YBPSP, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66