Rabu, 06 Mei 2015

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN KALA III




LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA III


1.      DEFINISI
-          Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dengan selaput janin dari tubuh Ibu. (FK. UNPAD Bandung, hal 221)
-          Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. (Hanifa W, 1998 : 180)
-          Persalinan serangkain kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Fakutas Kedokteran UNPAD, 1983 : 221).
-          Kala III adalah Proses pelahiran bayi berakhir dengan lahirnya plasenta. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan, hal 825)
-          Kala III adalah dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, hal 101)

2.      FISIOLOGIS
Kala III persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
a.       Pelepasan Plasenta
Setelah bayi lahir terjadi Kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding uterus menebal, pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas area. Ukuran plasenta tidak berubah sehingga menyebabkan plasenta terlipat, menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit demi sedikit terjadi pengumpulan perdarahan di antara ruang plasenta dan desidua basalis retroplasenta hematoma. Setelah plasenta lepas, plasenta akan menempati segmen bawah uterus atau vagina.
-          Tanda – tanda pelepasan plasenta :
·         Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus  berkontraksi dan plasenta terdorong dibawah, uterus berbentuk segitiga (seperti buah pir) dan fundus berada di bawah pusat.
·         Tali pusat memanjang.
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina.
·         Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro plasenta pooling) dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plsenta melebihi kapasitas tumpangannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang terlepas.




-          Macam – macam plasenta
·         Mekanisme Schultz
Pelepasan plasenta yang dimulai dari sentral atau bagian tengah sehingga paling sering terjadi. Tanda pelepasan plasenta dari tengah ini mengakibatkan perdarahan tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera setelah plasenta lahir.
·         Mekanisme Duncan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan, dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.
b.      Pengeluaran Plasenta
-       Setelah plasenta terlepas, maka karena Kontraksi dan retraksi otot rahim. Plasenta terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina.
-       Dari tempat ini (bagian atas dari vagina) plasenta di dorong keluar oleh tenaga mengejan.

3.      MANAJEMEN AKTIF KALA III
Tujuan managemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Managemen aktif kala III:
a.       Pemebrian suntikan oksitosin
b.      Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c.       Rangsangan taktil (massase) fundus uteri

4.      TANDA BAHAYA KALA III
a.      Pathologis ”Retensio Plasenta
-          Keadaan ini terjadi apabila plasenta belum lahir setengah jam plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
-          Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan dan jika plasenta lepas sebagian maka menyebabkan terjadinya perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
-          Plasenta belum lepas sama sekali dari dinding uterus karena :
·         Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
·         Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab VLLLL korialis menembus (plasenta akreta – perkreta)
·         Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan Kala III. Akibatnya terjadi lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta (inkarseratrio plasenta)
-          Anotonia uteri
Suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila terjadi maka darah yang keluar dari bekas melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali dan terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan takstil (masase fundus Uteri) dan untuk mengatasi segera dilakukan Kompresi bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual eksterna (KBE)




-          Sisa plasenta
Untuk menghindari perdarahan karena sisa plasenta, plasenta perlu diperiksa teliti.
Pemeriksaan plasenta meliputi :
·         Selaput ketuban utuh / tidak
·         plasenta : ukuran plasenta
Bagian maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggiran kotiledon.
Bagian fetal utuh / tidak
-          Tali pusat jumlah arteri dan vena. Apakah arteri dan vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral merginal serta panjang tali pusat.
-          Kalau plasenta tidak lengkap maka rongga rahim harus diperiksa dan sisa plasenta dilepaskan dengan tangan

b.      Perlukaan Jalan Lahir
-          Luka pada vulva
Akibat persalinan terutama pada primigravida bisa timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang – kadang bisa timbul perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris.
-          Perlukaan Vagina
-          Biasanya terjadi pada persalinan dengan ekstrasi vacum, lebih – lebih apabila kepala – kepala janin harus diputar.
-          Robekan terdapat pada dinding lateral dan terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum. Perdarahan biasanya banyak namun mudah diatasi dengan jahitan.

c.       Robekan Serviks
-          Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
-          Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, walaupun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan adanya perlukaan jalan lahir khususnya robekan serviks uteri.

d.      Robekan Perinium
Robekan perinium dibagi atas 4 tingkatan :
-          Tingkat 1: Robekan terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perinium.
-          Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinium tranvesalis, tetapi tidak mengenal otot spingter ani.
-          Tingkat 3 : Robekan mengenai perinium sampai dengan otot spingter ani.
-          Tingkat 4 : Robekan mengenai perinium sampai otot spinter ani dan mukosa rektum.










POHON MASALAH
PERSALINAN NORMAL
KALA III
KALA II
KALA I
KALA IV
Pengeluaran Plasenta
-          Adanya kontraksi dan retraksi otot rahim
-          Plasenta terdorong ke dalam SBR
-          Melahirkan plasenta seuai jalan lahir
CIRI-CIRI
Waktu 5-15 menit
Manajemen aktif kala III
Pelepasan plasenta dan pengeluaran plasenta
Tanda – tanda pelepasan plasenta :
-          Tali pusat memanjang
-          Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
-          Semburan darah mendadak dan singkat

 

























Dasar panggul yang                Observasi kotiledon    30 menit plasenta        kontraksi uterus tidak
Dilewati kepala                       tidak lengkap                          tidak lahir        baik (<30 detik)

Robekan jalan lahir                 sisa plasenta                Retensi plasenta          atonia plasenta

Penjahitan                               manual plasenta           Manual plasenta                         HPP
Penaganan
-       KBI (Kompresi Bimanual Interna)
-       KBE (Kompresi Bimanual Externa)
-       KAA ( Kompresi Aorta Abdominal)
 


















INTERVENSI
Dx       : P..........A......... dengan impartu kala III
Tujuan : plasenta dapat lahir dengan sendirinya tanpa ada rintangan batasan hingga 30 menit
KH      : Plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
              Tidak terjadi laserasi jalan lahir
              TTV baik
  TD : 100/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5 – 37,5 C
N : 80 -100 x/menit
RR : 16 – 24 x/menit
Tidak ada HPP perdarahan < 500 cc
UC baik (keras)
Batasan kala III ≤ 30 menit
Intervensi
1.      Lakukan pendektan terapeutik pada ibu dan keluarga
R : menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antara pasien dan keluarga dengan petugas
2.      Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R:  ibu dan keluarga dapat memenuhi kondisinya dan tidak cemas
3.      Beritahu ibu akan disuntuk oksitosin
R : agar ibu tidak kaget sewajtu disuntik
4.      Suntik oxitosin 10 unit secara IM
R : merangsang kontraksi sehingga memudahkan pelepasan plasenta
5.      Jepit potong ikat tali pusat setelah 2 menit dari pasca persalinan
R : mempermudah pemotongan dan pengikatan serta mencegah terkena semburan darah dari tali pusat, serta memutuskan hubungan sirkulasi darah dan pernafasan dari ibu ke bayi
6.      Letakkan bayi di dada ibu
R : kontak kulit bayi dengan ibu dapat mencegah terjadinya hipotermi
7.      Selimuti ibu dan bayi dnegan hangat dan pasang topi di kepala bayi
R : bayi tidak kehilangan panas karena bagian kepala bayi merupakan bagian yang paling luas dan mudah kehilangan panas
8.      Pindah klem dan dekatkan dengan vulva 5- 10 cm
R : Mempermudah melahirkan plasenta
9.      Letakkan 1 tangan diatas perut ibu dan tangan lain menengangkan tali pusat
R : mendeteksi apakah uterus sudah berkontraksi atau belum dan membuat kelahiran plasenta
10.  Tegangkan tali pusat sambil tangan kiri melakukan dorsokranial
R : mencegah terjadinya involusi uteri
11.  Melahirkan plasenta
R : plasenta lahir mengikuti poros jalan lahir diiringi dengan dorongan dorsokranial ke arah belakang atas
12.  Pegang plasenta dengan 2 tangan jika telah tampak dibawah vulva
R : membantu lahirnya plasenta dan mencegah tertinggalnya sisa selaput ketuban didalam jalan lahir
13.  Lakukan massase fundus
R : Dengan massase fundus dapat menimbulkan kontrasksi dan mencegah perdarahan postpartum
14.  Priksa kedua plasenta
R : mmastikan tidak adanya plasenta yang tertinggal didalam jalan lahir
15.  Evaluasi laserasi pada vagina dan perineum
R : mencegah terjadinya perdarahan aktif
Masalah
A.    Retensio plasenta
Tujuan      : plasenta lehir lengkap
KH           : plasenta lahir lengkap
                   TD : 110/70 – 120/80 mmHg
                   N : 80 – 100 x/menit
                   Tidak terjadi HPP
Intervensi
1.      Kosongkan vesikula urinaria
R : dengan mengosongkan vesikula urinaria tidak akan mengganggu kontraksi
2.      Lakukan plasenta manual
R : dengan plasenta manual dapat membersihkan sisa plasenta yang masih tertinggal
3.      Kaji indikasi perlunya rujukan
R : dengan pemantauan adanya kegawatdaruratan maka rujukan dapat mengurangi resiko yang tidak diinginkan

B.     Atonia plasenta
Tujuan      : mencegah perdarhan
KH           : KU ibu baik
                   Kontraksi uterus yang adekuat
                   Tidak terjadi atonia uteri
Intervensi
1.      Massase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
R : massase merangsang kontraksi uterus
2.      Bersihkan bekuan darah/ selaput ketuban dari vagina dan lubang servik
R : bekuan darah dan selaput ketuban mempengaruhi kontraksi uterus
3.      Pastikan bahwa kandung kemih kososng. Jika penuh dan dapat dipalpasi dilakukan katerisasi menggunakan teknik aseptik
R : kandung kemih yang penuh uterus tidak berkontraksi
4.      Lakukan kompresi bemanual interna selama 5 menit
R : kompresi memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan juga merangsanag miometrium untuk berkontraksi
5.      Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi  bimanual interna
R : dengan bantuan keluarga uterus akan segera berkontraksi
6.      Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau miroprosol 600 -1000 mg
R : ergomitrin dan miroproson merangsang kontraksi uterus
7.      Pasang infus 500 cc RL dan 20 ut oksitosin, habiskan secepat mungkin
R : cairan infus akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
8.      Ulangi KBI (kompresi Bimanual Interna)
R : uterus berkontraksi dengan baik
9.      Rujuk segera
R : rujukan untuk mendapat penagangan lebih lanjut
10.  Dampingi ibu ke tempat rujukan dengan terus malakukan KbI
R : kompresi ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah






C.     Sisa plasenta
Tujuan      : Sisa plasenta keluar
KH           : KU ibu baik
                          TTV baik
              TD : 110/70 – 120/80 mmHg
  S : 36,5 – 37,5 C
  N : 80 -100 x/menit
                   Kontraksi uterus baik
                   Tidak terjadi HPP
Intervensi
1.      Observasi seaput pada plasenta dan kotiledonnya
R : plasenta yang tertnggal dapat menyebabkan perdarahan
2.      Ekplorasi plasenta
R : membantu mengeluarkan sisa plasenta
3.      Kaji perdarahan pada ibu
R : observasi sedini mungkin jumlah perdarahan

D.    Robekan jalan lahir
Tujuan      : mencegah perdarahan
KH           : KU ibu baik
                   Perdarahan < 500 cc
Intervensi
1.      Observasi robekan jaln lahir
R : dapat diketahui sumber perdarahan / perdarahan aktif
2.      Jahit sesegera mungkin pada perdarahan aktif atau pembuluh darah yang terbuka
R : menghentikan perdarahan akftif sesegara mungkin

Kebutuhan
A.    Ketertarikan ibu pada bayi
Tujuan      : dengan dilakukan asuhan kebidanan diharapkan ibu tertarik pada bayinya
KH           : bila ditanya ibu mampu menjawab dengan benar dan senang dengan kelahiran
  Bayinya
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terpeutik pada klien
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      Latakkan bayi pada dada ibu
R : agar ibu dapat mencurahkan segala sesuatu yang dirasakan

B.     Perhatikan pada dirinya
Tujuan      : diharapkan ibu merasa nyaman karena mempunyai perhatian terhadap dirinya
KH           : bila ditanya ibu mengerti tentang perawatan yang perlu dilakukan pada dirinya
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terpeutik
 R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      Anjurkan ibu untuk jalan-jalan atau bangun dari tempat tidur setelah 2 jam post partum
R : mobilisasi dini mempercepat pemulihan




DAFTAR PUSTAKA


Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Jakarta, Media Aesculapius, 2000

Universitas Kedokteran UNPAD, Obstetri Fisiologis, Bandung, Elemen, 1993

Manuaba, Ida Bagus Gde, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC. 1998

Prawirohardjo, Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Jakarta, YBPSP, 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66