PERSALINAN
KALA III
1.
DEFINISI
-
Persalinan adalah
pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan dan dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir dengan atau tanpa bantuan.
(Prof.
dr. Ida Bagus Gde Manuaba, hal 157)
Persalinan
adalah kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dengan selaput janin
dari tubuh Ibu. (FK. UNPAD Bandung, hal 221)
-
Partus adalah suatu
proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina kedunia luar. (Hanifa W, 1998 : 180)
-
Persalinan serangkain
kejadian yang berakhir dengan pengeluaranbayi cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Fakutas Kedokteran UNPAD,
1983 : 221).
-
Kala III adalah Proses
pelahiran bayi berakhir dengan lahirnya plasenta. (Buku Ajar Asuhan Kebidanan,
hal 825)
-
Kala III adalah dimulai
segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih
dari 30 menit (Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, hal 101)
2.
FISIOLOGIS
Kala III persalinan terdiri atas 2 fase yaitu :
a. Pelepasan
Plasenta
Setelah bayi lahir terjadi
Kontraksi uterus. Hal ini mengakibatkan volume rongga uterus berkurang. Dinding
uterus menebal, pada tempat implantasi plasenta juga terjadi penurunan luas
area. Ukuran plasenta tidak berubah sehingga menyebabkan plasenta terlipat,
menebal dan akhirnya terlepas dari dinding uterus. Plasenta terlepas sedikit
demi sedikit terjadi pengumpulan perdarahan di antara ruang plasenta dan
desidua basalis retroplasenta hematoma. Setelah plasenta lepas, plasenta akan
menempati segmen bawah uterus atau vagina.
-
Tanda – tanda pelepasan
plasenta :
·
Perubahan bentuk dan
tinggi fundus.
Setelah
bayi lahir lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk
bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong dibawah,
uterus berbentuk segitiga (seperti buah pir) dan fundus berada di bawah pusat.
·
Tali pusat memanjang.
Tali
pusat terlihat menjulur keluar melalui vagina.
·
Semburan darah mendadak
dan singkat.
Darah
yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retro plasenta pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plsenta melebihi
kapasitas tumpangannya maka darah tersembur keluar dari tepi plasenta yang
terlepas.
-
Macam – macam plasenta
·
Mekanisme Schultz
Pelepasan
plasenta yang dimulai dari sentral atau bagian tengah sehingga paling sering
terjadi. Tanda pelepasan plasenta dari tengah ini mengakibatkan perdarahan
tidak terjadi sebelum plasenta lahir. Perdarahan banyak terjadi segera setelah
plasenta lahir.
·
Mekanisme Duncan
Terjadi
pelepasan plasenta dari pinggir atau bersamaan, dari pinggir dan tengah
plasenta. Hal ini mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum plasenta lahir.
b. Pengeluaran
Plasenta
- Setelah
plasenta terlepas, maka karena Kontraksi dan retraksi otot rahim. Plasenta
terdorong ke dalam segmen bawah rahim atau ke dalam bagian atas dari vagina.
- Dari
tempat ini (bagian atas dari vagina) plasenta di dorong keluar oleh tenaga
mengejan.
3.
MANAJEMEN
AKTIF KALA III
Tujuan
managemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi
kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
Managemen
aktif kala III:
a. Pemebrian
suntikan oksitosin
b. Melakukan
penegangan tali pusat terkendali
c. Rangsangan
taktil (massase) fundus uteri
4.
TANDA
BAHAYA KALA III
a.
Pathologis
”Retensio Plasenta
-
Keadaan ini terjadi
apabila plasenta belum lahir setengah jam plasenta belum lepas dari dinding
uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi belum dilahirkan.
-
Jika plasenta belum
lepas sama sekali, tidak terjadi perdarahan dan jika plasenta lepas sebagian
maka menyebabkan terjadinya perdarahan yang merupakan indikasi untuk
mengeluarkannya.
-
Plasenta belum lepas
sama sekali dari dinding uterus karena :
·
Kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta adhesiva)
·
Plasenta melekat erat
pada dinding uterus oleh sebab VLLLL korialis menembus (plasenta akreta –
perkreta)
·
Plasenta yang sudah
lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar disebabkan oleh tidak adanya
usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan Kala III. Akibatnya terjadi
lingkaran kontraksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarseratrio plasenta)
-
Anotonia uteri
Suatu
kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila terjadi maka darah
yang keluar dari bekas melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali dan terjadi
apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan
takstil (masase fundus Uteri) dan untuk mengatasi segera dilakukan Kompresi
bimanual interna (KBI) dan kompresi bimanual eksterna (KBE)
-
Sisa plasenta
Untuk
menghindari perdarahan karena sisa plasenta, plasenta perlu diperiksa teliti.
Pemeriksaan
plasenta meliputi :
·
Selaput ketuban utuh /
tidak
·
plasenta : ukuran
plasenta
Bagian
maternal : jumlah kotiledon, keutuhan pinggiran kotiledon.
Bagian
fetal utuh / tidak
-
Tali pusat jumlah
arteri dan vena. Apakah arteri dan vena yang terputus untuk mendeteksi plasenta
suksenturia. Insersi tali pusat apakah sentral merginal serta panjang tali
pusat.
-
Kalau plasenta tidak
lengkap maka rongga rahim harus diperiksa dan sisa plasenta dilepaskan dengan
tangan
b.
Perlukaan
Jalan Lahir
-
Luka pada vulva
Akibat
persalinan terutama pada primigravida bisa timbul luka pada vulva di sekitar
introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang – kadang bisa
timbul perdarahan banyak khususnya luka dekat klitoris.
-
Perlukaan Vagina
-
Biasanya terjadi pada
persalinan dengan ekstrasi vacum, lebih – lebih apabila kepala – kepala janin
harus diputar.
-
Robekan terdapat pada
dinding lateral dan terlihat pada pemeriksaan dengan spekulum. Perdarahan
biasanya banyak namun mudah diatasi dengan jahitan.
c.
Robekan
Serviks
-
Robekan serviks yang
luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus.
-
Apabila terjadi
perdarahan yang tidak berhenti, walaupun plasenta sudah lahir lengkap dan
uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan adanya perlukaan jalan lahir
khususnya robekan serviks uteri.
d.
Robekan
Perinium
Robekan perinium dibagi atas 4 tingkatan :
-
Tingkat 1: Robekan
terjadi hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perinium.
-
Tingkat 2 : Robekan
mengenai selaput lendir vagina dan otot perinium tranvesalis, tetapi tidak
mengenal otot spingter ani.
-
Tingkat 3 : Robekan
mengenai perinium sampai dengan otot spingter ani.
-
Tingkat 4 : Robekan
mengenai perinium sampai otot spinter ani dan mukosa rektum.
POHON
MASALAH
PERSALINAN
NORMAL
|
KALA
III
|
KALA
II
|
KALA
I
|
KALA
IV
|
Pengeluaran
Plasenta
-
Adanya kontraksi
dan retraksi otot rahim
-
Plasenta terdorong
ke dalam SBR
-
Melahirkan plasenta
seuai jalan lahir
|
CIRI-CIRI
|
Waktu
5-15 menit
Manajemen
aktif kala III
Pelepasan
plasenta dan pengeluaran plasenta
|
Tanda
– tanda pelepasan plasenta :
-
Tali pusat memanjang
-
Perubahan bentuk
dan tinggi fundus.
-
Semburan darah
mendadak dan singkat
|
Dasar
panggul yang Observasi
kotiledon 30 menit plasenta kontraksi uterus tidak
Dilewati
kepala tidak lengkap tidak lahir baik (<30 detik)
Robekan jalan lahir sisa
plasenta Retensi plasenta atonia plasenta
Penjahitan manual plasenta Manual plasenta HPP
Penaganan
- KBI
(Kompresi Bimanual Interna)
- KBE
(Kompresi Bimanual Externa)
- KAA
( Kompresi Aorta Abdominal)
|
INTERVENSI
Dx : P..........A......... dengan impartu
kala III
Tujuan : plasenta dapat lahir dengan sendirinya tanpa
ada rintangan batasan hingga 30 menit
KH : Plasenta dan selaput ketuban lahir
lengkap
Tidak terjadi laserasi jalan lahir
TTV baik
TD : 100/70 – 120/80 mmHg
S
: 36,5 – 37,5 C
N
: 80 -100 x/menit
RR
: 16 – 24 x/menit
Tidak
ada HPP perdarahan < 500 cc
UC
baik (keras)
Batasan
kala III ≤ 30 menit
Intervensi
1. Lakukan
pendektan terapeutik pada ibu dan keluarga
R
: menjalin hubungan dan kerjasama yang baik antara pasien dan keluarga dengan
petugas
2. Jelaskan
hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R: ibu dan keluarga dapat memenuhi kondisinya dan
tidak cemas
3. Beritahu
ibu akan disuntuk oksitosin
R : agar ibu tidak kaget sewajtu
disuntik
4. Suntik
oxitosin 10 unit secara IM
R : merangsang kontraksi sehingga
memudahkan pelepasan plasenta
5. Jepit
potong ikat tali pusat setelah 2 menit dari pasca persalinan
R : mempermudah pemotongan dan
pengikatan serta mencegah terkena semburan darah dari tali pusat, serta
memutuskan hubungan sirkulasi darah dan pernafasan dari ibu ke bayi
6. Letakkan
bayi di dada ibu
R : kontak kulit bayi dengan ibu dapat
mencegah terjadinya hipotermi
7. Selimuti
ibu dan bayi dnegan hangat dan pasang topi di kepala bayi
R : bayi tidak kehilangan panas karena
bagian kepala bayi merupakan bagian yang paling luas dan mudah kehilangan panas
8. Pindah
klem dan dekatkan dengan vulva 5- 10 cm
R : Mempermudah melahirkan plasenta
9. Letakkan
1 tangan diatas perut ibu dan tangan lain menengangkan tali pusat
R : mendeteksi apakah uterus sudah
berkontraksi atau belum dan membuat kelahiran plasenta
10. Tegangkan
tali pusat sambil tangan kiri melakukan dorsokranial
R : mencegah terjadinya involusi uteri
11. Melahirkan
plasenta
R : plasenta lahir mengikuti poros jalan
lahir diiringi dengan dorongan dorsokranial ke arah belakang atas
12. Pegang
plasenta dengan 2 tangan jika telah tampak dibawah vulva
R : membantu lahirnya plasenta dan
mencegah tertinggalnya sisa selaput ketuban didalam jalan lahir
13. Lakukan
massase fundus
R : Dengan massase fundus dapat
menimbulkan kontrasksi dan mencegah perdarahan postpartum
14. Priksa
kedua plasenta
R : mmastikan tidak adanya plasenta yang
tertinggal didalam jalan lahir
15. Evaluasi
laserasi pada vagina dan perineum
R : mencegah terjadinya perdarahan aktif
Masalah
A. Retensio
plasenta
Tujuan : plasenta lehir lengkap
KH : plasenta lahir lengkap
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
N : 80 – 100 x/menit
Tidak terjadi HPP
Intervensi
1. Kosongkan
vesikula urinaria
R
: dengan mengosongkan vesikula urinaria tidak akan mengganggu kontraksi
2. Lakukan
plasenta manual
R
: dengan plasenta manual dapat membersihkan sisa plasenta yang masih tertinggal
3. Kaji
indikasi perlunya rujukan
R
: dengan pemantauan adanya kegawatdaruratan maka rujukan dapat mengurangi
resiko yang tidak diinginkan
B. Atonia
plasenta
Tujuan : mencegah perdarhan
KH : KU ibu baik
Kontraksi uterus yang adekuat
Tidak terjadi atonia uteri
Intervensi
1. Massase
fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik)
R
: massase merangsang kontraksi uterus
2. Bersihkan
bekuan darah/ selaput ketuban dari vagina dan lubang servik
R
: bekuan darah dan selaput ketuban mempengaruhi kontraksi uterus
3. Pastikan
bahwa kandung kemih kososng. Jika penuh dan dapat dipalpasi dilakukan
katerisasi menggunakan teknik aseptik
R
: kandung kemih yang penuh uterus tidak berkontraksi
4. Lakukan
kompresi bemanual interna selama 5 menit
R
: kompresi memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah dinding uterus dan
juga merangsanag miometrium untuk berkontraksi
5. Anjurkan
keluarga untuk mulai membantu kompresi
bimanual interna
R
: dengan bantuan keluarga uterus akan segera berkontraksi
6. Berikan
ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau miroprosol 600 -1000 mg
R
: ergomitrin dan miroproson merangsang kontraksi uterus
7. Pasang
infus 500 cc RL dan 20 ut oksitosin, habiskan secepat mungkin
R
: cairan infus akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang
8. Ulangi
KBI (kompresi Bimanual Interna)
R
: uterus berkontraksi dengan baik
9. Rujuk
segera
R
: rujukan untuk mendapat penagangan lebih lanjut
10. Dampingi
ibu ke tempat rujukan dengan terus malakukan KbI
R
: kompresi ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah
C. Sisa
plasenta
Tujuan : Sisa plasenta keluar
KH : KU ibu baik
TTV baik
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5 – 37,5 C
N : 80 -100 x/menit
Kontraksi uterus baik
Tidak terjadi HPP
Intervensi
1. Observasi
seaput pada plasenta dan kotiledonnya
R
: plasenta yang tertnggal dapat menyebabkan perdarahan
2. Ekplorasi
plasenta
R
: membantu mengeluarkan sisa plasenta
3. Kaji
perdarahan pada ibu
R
: observasi sedini mungkin jumlah perdarahan
D. Robekan
jalan lahir
Tujuan : mencegah perdarahan
KH : KU ibu baik
Perdarahan < 500 cc
Intervensi
1. Observasi
robekan jaln lahir
R
: dapat diketahui sumber perdarahan / perdarahan aktif
2. Jahit
sesegera mungkin pada perdarahan aktif atau pembuluh darah yang terbuka
R
: menghentikan perdarahan akftif sesegara mungkin
Kebutuhan
A. Ketertarikan
ibu pada bayi
Tujuan : dengan dilakukan asuhan kebidanan
diharapkan ibu tertarik pada bayinya
KH : bila ditanya ibu mampu menjawab
dengan benar dan senang dengan kelahiran
Bayinya
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terpeutik pada klien
R
: menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Latakkan
bayi pada dada ibu
R
: agar ibu dapat mencurahkan segala sesuatu yang dirasakan
B. Perhatikan
pada dirinya
Tujuan : diharapkan ibu merasa nyaman karena
mempunyai perhatian terhadap dirinya
KH : bila ditanya ibu mengerti tentang
perawatan yang perlu dilakukan pada dirinya
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terpeutik
R : menjalin
kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan
ibu untuk jalan-jalan atau bangun dari tempat tidur setelah 2 jam post partum
R
: mobilisasi dini mempercepat pemulihan
DAFTAR
PUSTAKA
Fakultas
Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid 2, Jakarta, Media Aesculapius, 2000
Universitas
Kedokteran UNPAD, Obstetri Fisiologis,
Bandung, Elemen, 1993
Manuaba,
Ida Bagus Gde, SpOG, Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta :
EGC. 1998
Prawirohardjo,
Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal, Jakarta, YBPSP, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar