KETUBAN
PECAH DINI
1.
DEFINISI
-
Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam
belum dmulainya tanda persalinan. Waktu
sejak ketuban pecah samapi terjadinya kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban
pecah dini” periode laten
-
Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi kurang
dari 3 cm dan pada multipara kurang dari. Bila preiode laten terlalu meningkat
dan ketuban sudah pecah maka akan terjadi infeksi yang meningkatkan angka
kemtian ibu dan anak.
-
Ketuban Pecah Dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses persalinan yang dapat
terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham, Mc.
Donald, gant, 2002).
-
Ketuban Pecah Dini
adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,
2002)
-
Ketuban pecah dini
(KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
2.
ETIOLOGI
Ketuban
pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya
tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
a. Inkompetensi
serviks (leher rahim)
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2002).
b. Peninggian
tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
-
Trauma : Hubungan
seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis
-
Gemelli
Kehamilan
kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli
terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan
rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim
yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban
tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)
-
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
-
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
c. Kelainan
letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
d. Kemungkinan
kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
e. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.
f. Penyakit
Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
g. Faktor
keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)
h. Riwayat
KPD sebelumya
i.
Kelainan atau kerusakan
selaput ketuban
j.
Serviks (leher rahim)
yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
3.
TANDA
DAN GEJALA
Tanda
yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut
masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan
ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.
Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi
4.
PATOGENESIS
Kolagen
terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem
aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi
peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan,
sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion,
menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.
5.
FAKTOR
RESIKO ATAU PREDISPOSISI KETUBAN PECAH DINI
-
kehamilan multipel : kembar dua
(50%), kembar tiga (90%)
-
riwayat persalinan preterm
sebelumnya : risiko 2 – 4
-
tindakan sanggama : TIDAK
berpengaruh kepada risiko, KECUALI jika higiene buruk, predisposisi terhadap
infeksi
-
perdarahan pervaginam : trimester
pertama (risiko 2x), trimester kedua/ketiga (20x)
-
bakteriuria : risiko 2x (prevalensi
7%)
-
pH vagina di atas 4.5 : risiko 32%
(vs. 16%)
-
servix tipis / kurang dari 39 mm :
risiko 25% (vs. 7%)
-
flora vagina abnormal : risiko 2-3x
-
fibronectin > 50 ng/ml : risiko
83% (vs. 19%)
-
kadar CRH (corticotropin releasing
hormone) maternal tinggi misalnya pada stress psikologis, dsb, dapat menjadi
stimulasi persalinan preterm
6.
PENGARUH
KPD
a. Terhadap
Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.
b. Terhadap
Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya
7.
PENATALAKSANAAN
KPD
a.
Pertahankan kehamilan sampai cukup
matur, khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan
perkembangan paru yang yang sehat
b.
Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu
korioamnionitis yang menjadi pemicu sepsis, meningitis janin, dan persalinan
prematuritas
c.
Dengan perkiraan janin sudah cukup
besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan
kortikosteroid, sehingga kematangan paru janin dapat terjamin.
d.
Pada kehamilan 24 sampai 32 minggu
yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk
melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat
diselamatkan.
e.
Menghadapi KPD, diperlukan KIM
terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak
mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan mungkin harus
mengorbankan janinnya.
f.
Pemeriksaan yang rutin dilakukan
adalah USG untuk mengukur distansia biparietal dan peerlu melakukan aspirasi
air ketuban untuk melakukan pemeriksaan kematangan paru melalui perbandingan
L/S
g.
Waktu terminasi pada hamil aterm
dapat dianjurkan selang waktu 6 jam sampai 24 jam, bila tidak terjadi his
spontan.
8. KOMPLIKASI KPD
a. Komplikasi
yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena
kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya
persalinan normal.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
b. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
Hipoksia dan asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Syndrom deformitas janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal
9.
PENANGANAN
a.
Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis
Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
-
Berikan antibiotika untuk
mengurangi morbiditas ibu dan janin
-
Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari
ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7 hari.
Jika usia kehamilan 32 -
37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason, dosisnya IM 5 mg
setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan
janin.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
b.
Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
-
Pertiimbangan waktu dan berat
janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin
sebaiknya lebih dari 2000 gram.
-
Terdapat tanda infeksi intra
uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran per rektal. Terdapat
tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air
ketuban
c.
Penatalaksanaan lanjutan
-
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2
jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu yang menggigil.
-
Lakukan pemantauan DJJ.
Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah tindakan yang adekuat
sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau
janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk
melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia
dapat mengindikasikan infeksiuteri.
-
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
-
Ketika melakukan pemeriksaan dalam
yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
·
Apakah dinding vagina teraba lebih
hangat dari biasa
·
Bau rabas atau cairan di sarung
tanagn anda
·
Warna rabas atau cairan di sarung tangan
-
Beri perhatian lebih seksama
terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi yang
timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
POHON
MASALAH
Kehamilan
KETUBAN
PECAH DINI
|
Faktor
Predisposisi:
- Infeksi
genetalia
- Servik
incompetent
- Gemeli
- Hidranion
- Kehamilan
Praterm
|
Patosiologi
selaput
Ketuban
≠ kuat
Selaput
ketuban mudah pecah
|
TM
I
|
TM
II
|
TM
I
|
Keluar
air ketuban Janin mudah Ada Air ketuban Deman
- Putih
keruh diraba selaput sudah kering infeksi
- Jernih ketuban
- Kuning
- Hijau
Komplikasi
Pada
ibu Pada
Anak
- Partus
lama dan infeksi -
IUFD dan DFD
- Atonia
uteri -
Asfiksia
-
Perdarahan post partum
Hamil Prematur Kehamilan
Anterm
- Observasi Kelainan
Obsetrik Letak
kepala
- Suhu
rektal -
distres janin
- Distres
janin -
Letak sungsang indikasi
induksi
- Kortikosteroid - letak lintang
CPD Infertil
Gagal Berhasil
Reduksi
Uterus ≠ada persalianan
Kelainan
Letak kepala -
Fase laten & aktif
Memanjang
SC
|
-ruptur uteri iminens
-CPD
INTERVENSI
Dx : G..........P..........UK...........
dengan KPD +
Tujuan :
KH :
Intervensi
1. Periksan
usia kehamilan bila ada dengan USG
R
: penentuan usia kehamilan digunakan untuk menetukan tindakan yang tepat pada
KPD menggunakan distansis dan kematangan paru
2. Berikan
rehidrasi cairan infus dan pantau input/output cairan
R
: pengantian pengeluaran cairan tubuh ibu yang berlebihan untuk mencegah
dehidrasi
3. Lakukan
pemeriksaan inspakulo (dengan speculum DTT)
R
: menilai cairan yang keluar ( jumlah, warna, bau dan membedakan dengan urine)
4. Batasi
pemeriksaan dalam
R
:engurangi terjadinya infeksi
5. Kaji
TTV ibu dengan DJJ
R
: deteksi dini adanya perubahan yang berpengaruh pada tanda-tanda bahaya
6. Lakukan
titah baring dengan menganjurkan klien untuk miring ke kiri
R
: miring ke kiri dapat memperlancar sirkulasi darah uterus
7. Tentukan
tanda-tand inpartu
R
: untuk menentukan waktu persalinan yang tepat
8. Posisi
knne cheat / sujud bila janin hidup dan terdapat prolops tali pusat
R
: menghindari tali pusat tertekan kepala janin
9. Kolaborasi
dengan dokter untuk tindakan selanjutnya
R
: menentukan tindakan yang tepat apabila kemungkinan terjadi komplikasi
Masalah
A. Cemas
Tujuan :
mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu
KH :
ibu tidak merasa cemas dan lebih merasa tenang
Intervensi
1. Berikan
penjelasan tentang keadaan yang dialami klien
R : dengan penjelsan ibu akan merasa
lebih tenang
2. Berikan
motivasi dan dukungan emosional kepada klien dan keluarga
R : pemberian motivasi dan semagat pada
ibu dan keluarga dapat menimbulkan kemauan, dan mempengaruhi kondisi psikologis
untuk menghadapi persalinan
3. Beri
penjelasan setiap tindakan
R : pasien dapat lebih kooperatif /
bekerjasama dengan tindakan yang akan dilakukan
B. Nyeri
Tujuan : nyeri berkuang atau hilang
KH : TTV dalam batas normal
Ibu tampak tenang
Nyeri pada perut ibu berkurang
Intervensi
1. Lakukan
pendektan terapeutik pada ibu dan keluarga
R
: terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Kaji
TTV ibu
R
: untuk mengetahui keadaan umum pada ibu
3. Anjurkan
pasien teknik relaksasi
R
: untuk menggurangi nyeri yang dirasakan
4. Atur
posisi pasien
R
: untuk memberikan rasa nyaman
5. Lakukan
kolaborasi
R
: untuk mendapat perawatan lebih intensif
C. Trauma
Tujuan : traumateratasi / berkurang
KH : KU ibu baik
TTV dalam keadaan normal
Kebutuhan cairan tercukupi
Intevensi
1. Lakukan
pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R
: terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan
ibu minum-minuman yang manis
R
: mengurangi syok / memulihkan tenaga / energi
3. Anjurkan
ibu istirahat yang cukup
R
: mengurangi rasa trauma dan mengalihkan perasaan trauma
4. Jelaskan
pada ibu penyebab terjadinya KPD
R
: untuk pengethuan dan mencegah terulang kembali
5. Berikan
motivasi/ dukungan supaya ibu tidak berlarut-larut khawatir
R
: untuk mengurangi terjadinya stress pada ibu
6. Lakukan
kolaborasi
R
: untuk mendapatkan perawatan lebih intensif
Kebutuhan
A. Motivasi
dan dukungan
Tujuan : Ibu tetap semangat dan tidak trauma pada saat melahirkan
KH : Ibu tampak tenang
Ibu dapat beradaptasi
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terpeutik pada ibu dan keluarga
R
: terjalin hubungan kerjasama terhadap
tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan
keluarga dan suami selalu memberikan semangat
R
: dengan memberikan semangat dari orang-orang terdekat dapat mengurangi stress
3. Berikan
penjelasan pada Ibu
R
: dengan diberikan penjelsan ibu dapat segera beradaptasi
4. Anjurkan
ibu rileks dan tidak khawatir
R
: dengan ibu rileks menghindari dari ketakutan melahirkan
B. Cairan
dan nutrisi
Tujuan : kebutuhan cairan ibu tercukupi
KH : KU ibu bauk
Kesadaran Composmentis
Ibu tidak lemas
Ibu mau makan dan minum
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R:
terjalin hubungan kerja sama terhadap tindakan yang akann dilakukan
2. Anjurkan
ibu makan makanan yang bergizi seimbang
R
: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
3. Anjurkan
minum-minuman yang bergula
R
: untuk pemulihan tenaga
C. Istirahat
dan tidur cukup
Tujuan :
kebutuhan istirhat dan tidur ibu tidak ada gangguan
KH : ibu tenang
Intervensi
1. Lakukan
pendakan terapietik pada ibu dan keluarga
R
: terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Anjurkan
ibu istrhat / tidur
R
: mengurangi kelelahan
3. Jelaskan
pada ibu pentingnya kebutuhan istirhat tidur
R
: untuk mengurangi kelelahan yang menambah stres pada ibu
4. Anjurkan
keluarga / suami membatasi keluarga yang ingin menjenguk
R
: meminimalkan terjadinya kelelahan yang berlebihan pada ibu
D. Pemberian
antibiotik
Tujuan : masalah berkurang dengan diberikan antibiotik
KH : ibu merasa tenang dan nyaman
Tidak terjadi infeksi
Intervensi
1. Lakukan
pendekatan terpeutik pada klien dan keluarga
R
: terjalin hubungan kerjasama terhadap tindakan yang akan dilakukan
2. Berikan
antibiotik
R
: untuk mencegah infeksi
3. Observasi
TTV
R
: untuk mengetahui kondisi umum ibu
IMPLEMENTASI
Tindakan
dari intervensi sesuai kebutuhan klien
EVALUASI
Dilakukan
untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang dilakukan
dengan mengacu pada kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar