Rabu, 13 Mei 2015

Penyakit Menular Seksual



Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin atau kontak intim ( Jan Tambayong,2000). Selain itu ada pendapat lain “Penyakit menular seksual sering terjadi selama kehamilan, khususnya dalam masyarakat kota karena penyalahgunaan obat dan prostitusi (Karwati, 2011).
A. Angka kejadian PMS
  1. Angka kesakitan sifillis pada tahun 1996 adalah 4,71 per 100.000 penduduk.
  2. Gonokokus pada tahun 1996 tahun 1996, angka kesakitannya 11,1 per 100.000 penduduk.
  3. AIDS :
  • Laki-laki : 64,6 %
  • Perempuan : 31,9 %
  • Lain-lain : 3,5 %
  • Usia 20-29 thn : 45,74 %
  • Usia 30-39 thn : 27,71 %
  • Usia 40-49 thn : 9,35 %
  • Usia < 1 thn : 0,33 %
  • Usia 1-4 thn : 0,33 %
(Dewi Pujiati,2011)
B. Ciri-ciri PMS
Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin. Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan diluar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit. (Adhi Jduanda, 2007).
Tanda dan gejala yang sering terjadi :
  1. Rasa sakit atau nyeri saat kencing atau berhubungan seksual
  2. Rasa nyeri pada perut bagian bawah
  3. Pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin
  4. Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada alat kelamin atau sekitarnya
  5. Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal
  6. Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
  7. Bintil-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
C. Dampak PMS pada Ibu Hamil
Penyakit menular seksual menyebabkan infeksi saluran reproduksi yang harus dianggap serius. Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Dampak PMS pada kehamilan bergantung pada organisme penyebab, lamanya infeksi, dan usia kehamilan pada saat perempuan terinfeksi. Hasil konsepsi yang tidak sehat seringkali terjadi akibat PMS, misalnya kematian janin ( abortus spontan atau lahir mati ), bayi berat lahir rendah ( akibat prematuritas atau retardasi pertumbuhan janin dalam rahim ), dan infeksi kongenital atau perinatal ( kebutaan, pneumonia neonatus, dan retardasi mental ).
Kematian janin baik dalam bentuk baik dalam bentuk abortus spontan maupun lahir mati, dapat ditemukan pada 20-25% perempuan hamil yang menderita sifilis dini, 7-54% perempuan hamil dengan herpes genital primer, dan pada 4-10% pada perempuan hamil yang tidak menderita penyakit menular seksual. Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) dapat dijumpai pada 10-25% perempuan hamil dengan vaginosis bakterial, 11-15% pada perempuan dengan trikomoniasis, 30-35% herpes genital primer, 15-20% sifilis dini, dan 2-12% pada perempuan hamil tanpa penyakit menular seksual. Infeksi kongenital atau perinatal dapat ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh 40-70% perempuan hamil dengan infeksi klamidia, 30-68% perempuan hamil dengan gonoroe, 40-70% perempuan hamil dengan sifilis dini, 30-50% perempuan hamil dengan herpes genital primer, dan tidak ditemukan pada perempuan hamil tanpa penyakit menular seksual.
Resiko transmisi dari ibu yang hamil menderita gonore kepada janin/neonatus diperkirakan sebesar 30%. Pada infeksi klamidia, resiko terjadinya konjungtivitis neonatus sebesar 25-50%, sedangkan untuk terjadinya pneumonia sebesar 5-15%. Ibu ha,il yang menderita sifilis memiliki resiko transmisi sebesar 100% pada sifilis dini, 23% pada sifilis lanjut, dan secara keseluruhan 40-70%. Pada herpes genital, resiko transmisi dari ibu hamil kepada janinnya lebih tinggi pada saat terjadinya infeksi primer yaitu 30-50%, dibandingkan pada keadaan rekuren (hanya 0,4- 8%)

Peringkat INDONESIA berdasarkan IPM (HDI), Tahun 2009
NEGARA
ASEAN
DUNIA (188)
Singapura
1
23
Brunei Darussalam
2
30
Malaysia
3
66
Thailand
4
86
Filiphina
5
105
Indonesia
6
124 ( 2011)
Vietnam
7
116
Laos
8
133
Myanmar
9
135
Kamboja
10
136
Sumber : Human Development Report, UNDP (2009)
D. Epidemiologi PMS
  1. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada UU yang mengharuskan melaporkan setiap kasus baru PMS yang ditemukan.
  2. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
  3. Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga seringkali terjadi salah diagnostic dan penanganannya.
  4. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita wanita.
  5. Pengontrolan terhadap PMS  ini belum berjalan baik
(Adhi Jduanda, 2007)
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya PMS
  1. Perubahan demografik secara luar biasa
  • Peledakan jumlah penduduk
  • Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya: pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat, kongres atau seminar
  1. Kemajuan sosial ekonomi
  • Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografi diatas, terutama dalam bidang agraris dan moral.
  • Kelalaian beberapa negara dalam pemberian kesehatan dan pendidikan seks khususnya
  • Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi
  • Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjukyang sebenarnya
  • Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, terutama fasilitas laboratorium dan klinik pengobatan
(Adhi Jduanda, 2007 : 361)
F. Pencegahan Terhadap Pms
Pencegahan terhadap PMS mencangkup 3 tingkatan pencegahan yaitu:
  1. Pencegahan primer, ditujukan untuk mencegah penyakit mencangkup hal-hal sebagai berikut:
  • Memberikan pendidikan kepada individu-individu yang tidak terinfeksi sehingga dapat menghindar dari individu yang terinfeksi
  •  Identifikasi dan mengobati individu yang terinfeksi tanpa gejala.
  • Wawancara pasien yang terinfeksi untuk identifikasi kontak.
  • Melakukan pemeriksaan dan pengobatan pencegahanpada individu yang kontak.
  • Anjurkan untuk berpatisipasi pada program pengawasan.
  1. Pencegahan sekunder yaitu: untuk mencegah terjadinya komplikasi PMS seperti : PID pada waktu dengan GO.
  2. Pencegahan tertier, berfokus untuk menurunkan efek dari komplikasi seperti : steril atau mandul.
G. Peran bidan dalam pencegahan dan penanggulangan PMS
  1. Bidan sebagai role mode
  2. Memberikan konsling pada masyarakat terutama remaja dan pasutri tentang kesehatan reproduksi
  3. Memberi konsling pada masyarakat konsling pada masyarakat tentang penyebab dan akibat PMS
  4. Bekerjasama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam pelaksaan penyuluhan pada masyarakat
  5. Mewaspadai gejala-gejala dan mendeteksi dini adanya PMS
  6. Pencegah PMS
    • Apabila belum menikah jangan melakukan hubungan seksual
    • Apabila sudah menikah jaga kesetian dengan pasangan
    • Hindari hubungan seksual yang tidak aman dan beresiko
    • Gunakan kondom untuk mencegah penularan
    • Jaga kebersihan alat genetalia
H. Macam-macam penyebab PMS
PMS dapat disebabkan oleh beberapa organisme penyebab, diantaranya yaitu :
  1. Infeksi bakteri
    • Neisseria gonorroeae (gonore)
    • Chlamidia trachomatis (limfogranuloma venerum)
    • Treponema pallidum (sifillis, kondilo malatum)
    • Ureaplasma urealyticum (infeksi mikoplasma)
    • Haemophillus ducrei (chancroid)
    • Calymmatobacterium granulomatis (granuloma inguinale)
    • Spesies shigella
    • Gardanela vaginalis (vaginitis)
  2. Infeksi virus
  • Virusherper simpleks (HSV)
  • Hepatitis A, B, C
  • Sitomegalovirus (infeksi CMV)
  • Human papilomavirus (kulit genital, kondiloma akuminata)
  • Moloskum kontangiosum
  • Human immunodeficiency virus (HIV)
  1. Infeksi protozoa
  • Trichomonas vaginalis
  • Entamoba histolyca
  • Giardia lambia
  1. Parasit
  • Phthirus pubis (kutu kepiting)
  • Sarcoples scabies (tungau scabies)
(Karwati,2011)
I. Macam-macam PMS
Penyakit menular seksual yang sering terjadi di lingkungan masyarakat, dintaranya yaitu :
  1. GONORRHOE
a.Pengertian
Gonore adalah penyakit seksual yang paling sering terjadi disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonorrhoeae, kokus gram negative kecil berbentuk ginjal yang tersusun berpasangan. (Karwati, 2011:32).
b. Tipe: Bakterial
c. Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
d. Tanda dan gejala
1). Pada Pria
Gejala terlihat dalam waktu 2-10 hari setelah hubungan seksual dengan pasangan yang terinfeksi, gejala-gejala tersebut, antara lain :
  • Disuria dan rabas uretra mukopurulen dalam jumlah besar.
(Anna Glasier,2005 : 306)
  • Uretritis
  • Keluar nanah di uretra
  • Rasa gatal, panas atau sakit di ujung meatus terutama sewaktu berkemih.
(Jan Tambayong, 2000: 196)
  • Gonore faring akibat kontak seksual urogenital umumnya asimtomatik tetapi kadang-kadang pasien mengeluh nyeri tenggorokan
  • Infeksi rectum diperoleh melalui hubungan seksual anus pada homoseksual, sering asimtomatik tetapi mungkin dijumpai gambaran proktitis (rabas anus,nyeri perdarahan, tenesmus)
(Karwati, 2011:32)
2). Pada wanita
  • Sebagian besar (80%) dengan gonore non / complikata tidak memperlihatkan gejala, namun beberapa mungkin mengeluh peningkatan rabas vagina dan disuria, eksudat mukopurulen dari os serviks,  Infeksi pada kelenjar pada uretra.
(Anna Glasier, 2005 :306)
  • Eksudat mukopurulen dari os serviks
  • Infeksi pada kelenjar pada uretra
(Karwati, 2011:33)
e. Komplikasi
1). Pada laki-laki dewasa
  • Hidronekrosis
  • Epididimi
  • Arthritis
  • Endokarditis bakteri
  • Meningitis
  • Konjungtivitis
  • Epididimorchitis
  • Uretritis
  • Prostatitis
2). Pada perempuan dewasa
  • penyakit radang panggul
  • bartholinitis
  • Vulvovaginitis
  • Pembengkakan dan nyeri pada labia
  • Perih epatitis dan sindrom fitz-hug-curtis
f. Dampak pada kehamilan dan bayi
1). Gonore mempunyai dampak yang buruk terhadap kehamilan. Ibu hamil yang menderita gonore dapat menularkan infeksi tersebut melalui plasenta. Dampak tersebut antara lain :
  • Aborsi spontan septic
  • Preterm
  • Premature
  • Korioamnionitis
  • Infeksi post partum
(M. William Schwarts, 2004 : 700)
2). Pada 25-50 % kasus gonore ditularkan ke janin pada kelahiran jika ibu dibiarkan tidak diterapi, sehingga dapat menyebabkan efek negative terhadapjanin / bayi antara lain :
  • Neonatal gonococal arthritis
  • Septicemia
  • Meningitis
  • Vaginitis
  • Abses pada kulit kepala
(Bobak, 2004 : 887-888)
  • Oftalmiagonorea
(William Rayburn, 2001: 111)
g. Terapi / pengobatan
1). Pada orang dewasa
  • Pennisilline
  • cefriaxone ( untuk gonore tanpa komplikasi pada ibu hamil) IM 125 mg atau oral cefixime (400 mg)
  • spectinomycin dengan eritromicyn (untuk wanita yang alergi terhadap penisilin atau antibiotic beta-laktam) 2 gram/12jam.
  • Dipantau selama 24-48jam. Jika ada kemajusn diteruskan dengan :
    • Cefixime 400 mg /2 kali sehari
    • Ciprofloxacin (tidak hamil)
  • Untuk gonore dengan endokarditis terapi selama 4 minggu dan untuk gonore meningitis selama 10-14 hari
2). Pada neonatus.
  • cefriaxone 25-50mg/kg IV/IM
  • Terapimata eritromisin pada saat kelahiran
  • Karioamnitis → ampisilin/seftriaxone
(Neville F.Hacker,2001: 201)
h. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko penularan penyakit ini.
  1. KLAMIDIA TRACHOMATIS
Clamidia trachomatis merupakan penyakit menular seksual yang paling sering dijumpai pada orang dewasa dan remaja, paling sering dijumpai pada wanita yang aktif secara seksual diantara usia 12 dan 19tahun (Sri Mujiati,2011:34)

a. Tipe : Bakterial
b. Cara Penularan : Hubungan seks vaginal dan anal.
c. Tanda dan gejala
1). Pada pria
  • Timbul rabas uretra mukoid atau mukopurulen
  • Disuria
2). Pada wanita
  • Sebagian besar wanita dengan infeksi klamidia di servik tidak memperlihatkan gejala tetapi sebagian kecil mengeluh rabas vagina dan disuria
  • Mungkin tidak terdapat tanda-tanda spesifik, servik mungkin tampak normal / mungkin terjadi endoservitis disertai pengeluaran mukopus dari os.
  • Nyeri tekanan adneksa yang ringan
(Anna Glasier, 2005 : 309 – 310)
d. Faktor resiko
Usia muda
  • pasangan seksual yang banyak
  • penggunaan kontrasepsi oral
  • ras (angka pravalensi lebih tinggi pada Afro Amerika)
e. Komplikasi
1). Pada pria
  • Uretritis
  • Epidedimitis
  • Proktitis
  • Sindromreiter (konjungtivitis, dermatitis, uretritis dan arthritis)
2). Pada wanita
  • Servisitis
  • Uretritis
  • Penyakit peradangan pelvis
  • Terjadi perinerpatitis, timbul nyeri akut di hipokondrium kanan semakin terasa apabila pasien menarik napas dalam-dalam, mual, anoreksia dan demam ringan.
(Anna Glasier, 2005 : 310)
f. Penegakan diagnosis
  • Biakan pada sikloheksamid untuk sel Mc. Coy, akan tetapi cara ini mahal,lambat dan penyediaan terbatas.
  • Uji deteksi antigen yang cepat misalnya chlamidiozyme atau microtrek telah popular karena dapat dipercaya, tidakmahal dan cepat
(Neville F. Hacker,2001: 203).
g. Dampak clamidia trachomatis pada kehamilan
Ibu hamil yang terkenai infeksi clamidia trachomatis mempunyai kemungkinan melahirkan anak dengan konjungtivitis dan pneumonitis.
h. Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir
Lahir premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
i. Terapi
  • Pemberian eritromisin dapat pada kehamilan dan pada neonatus kalau terjadi pneumonia atau otitis media
  • Kontak seksual harus dilacak dan diterapi secara empirik.
(Neville F. Hacker,2001: 203)
  • Golongan tetrasiklin dan makrolid
(Anna Glasier, 2005 : 311)
j. Pencegahan:
Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko tertular penyakit ini.
  1. HERPES SIMPLEKS / GENITALIS
a. Pengertian
Virus herpes simpleks adalah anggota dari keluarga virus herpes DNA dan ditularkan lewat kontak mukokutaneus yang intim (Neville F. Hacker , 2001: 199). Herpes simpleks adalah infeksi akut oleh virus herpes simplek ( V. Herpes Hominls) tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel berkelompok di atas kulit yang eritematosa di daerah muka kutan (Arif Mansjoer jilid II, 2000 : 151). Sedangkan virus herpes genitalia adalah virus herpes simpleks tipe I dan II (M. William Schwarts, 2004 : 701)

b. Tipe: Viral
c. Cara Penularan
Herpes menyebar melalui kontak seksual antar kulit dengan bagian-bagian tubuh yang terinfeksi saat melakukan hubungan seks vaginal, anal atau oral.  Virus sejenis dengan strain lain yaitu Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) umumnya menular lewat kontak non-seksual dan umumnya menyebabkan luka di bibir.  Namun, HSV-1 dapat juga menular lewat hubungan seks oral dan dapat menyebabkan infeksi alat kelamin.

d. Gejala klinis Herper simplek
Masa inkubasi : 3-7 hari.
1). Infeksi Primer
Berlangsung kira-kira 3 mgg dan sering disertai gejala sistemik, misalnya :
  • Demam
  • Malaise
  • Anoreksia
  • Pembengkakan kelenjar getah bening regional
  • Vesikel berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen → ulserasi dangkal
2). Fase Laten
  • Tidak ditemukan gejala klinis tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.
  • Penularan dapat terjadi pada fase ini,akibat pelepasan virus terus berlangsung meskipun dalam jumlah sedikit.
3). Infeksi Rekuren
Reaktivitas VHS pada ganglion dorsalis mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis yang dapat dipacu oleh :
  • Trauma fisik  : Demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seks
  • Trauma psikis : Gangguan emosional
  • Obat-obatan : Kortikoseteroid, imuno supresif
  • Menstruasi
  • Makan dan minuman yang merangsang
(Arif Mansjoer jilid II,2000: 151 -152)
e. Gejala Klinis Herpes Genitalis
  • Vesikel tunggal atau multiple
  • Vesikel pecah spontan setelah 24-72 jam
  • Ulkus merah
  • Nyeri, tetapi sembuh sendiri
  • Lesi pada preputium, glans penis, bokong dan pada paha bagian dalam
  • Disuria
  • Demam
  • Edema
  • Limfadenopati bilateral
f. Dampak pada kehamilan dan bayi
1). Pasien yang terkena herpes primer pada kehamilan menghadapi peningkatan resiko komplikasi obstetric dan neonatal, antara lain :
  • Aborsi spontan
  • IUGR
  • Persalinan kurang bulan
(Neville F.Hacker,2001: 199)
2). Sedangkan kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa :
  • Ensefalopati
  • Keratokonjungtivitis
  • Hepatitis
  • Lesipadakulit
(Arif Mansjoer, 2000 : 152)
g. Pemeriksaan penunjang
Percobaan Tzantk dengan pewarnaan Gremsa dari bahan vesikel dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan bahan inklusi intranuklear. (Arif Mansjoer, 2000 : 152)
h. Diagnosa banding
  • Impetigo vesikobulasa
  • Ulkusdurum
  • Ulkus mole
  • Ulkus mikstum
i. Penatalaksanaan
  • Medikamentosa
  • Belum ada terapi radikal
  • Pada episode pertama, berikan :
    • Asiklovir 200 mg peroral 5 x/hr selama 7 hr atau
    • Asiklovir 5 mg/kgBB. IV tiap 8jam selama7 hr atau
    • Preparat isoprinosin sebagai imunomudular atau
    • Asiklovir parenteral atau preparat adenine orabinosid → berat → komplikasi pada alat dalam.
    • Pada episode rekurensi → tidak perlu diobati → karena bisa membalik → tapi dapat diobati dengan krim asiklovir.
(Arif Mansjoer, 2000 : 152)
j. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks.  Kondom dapat mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Walaupun memakai kondom saat melakukan hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui adanya luka di daerah kelamin.
  1. SIFILLIS       
a. Pengertian
Sifilis adalah suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh treponema pallidum (Dewi Pujiati,2011:33).
b. Tipe : Bakterial
c. Cara Penularan
Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal, anal atau oral.  Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.

d. Tanda dan gejala
1). Sifilis primer (masa inkubasi 10hr-3bln)
  • Pada laki-laki :
    • Timbul ulkus(Chancre) pada penis tapi tidak sakit, tepian timbul dan keras ( seperti kancing)
    • Mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional tapi tidak nyeri. Ulkus primer ini akan sembuh spontan, meninggalkan parut seumur hidup.
  • Pada perempuan : timbul ulkus (chancre) pada serviks
2). Sifillis sekunder (4-10mgg)
  • Timbul kelainan kulit makulo-papuler → telapak tangan dan kaki
  • Pada genetalia → plak lebar agak meninggi → condilomaakuminata
  • Limfadenopati umum
  • Adenopati, demam, faringitis, malase
3). Sifilis tersier
  • Semua organ dapat terserang, terutama otak (neurosifilis → dinensia dan perubahan perilaku) dan jantung
  • Interval dari infeksi menjadi neurosifilis  berkisar antara 20-30 tahun
  • Terjadi gumma (daerah nekrotis luas) di hati, tulang-tulang dan testes
e. Dampak pada kehamilan
Infeksi ibu dapat menyebabkan penularan transplasental ke janin pada setiap gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin menularkan infeksi dengan manifestasi lebuih berat yang terjadi pada janin. Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain :
  • Hidrops yang tidak imun
  • Hipatosplenomegali
  • Anemia
  • Trombositopenia yang hebat
  • Lesi kulit
  • Ruam
  • Ostertis
  • Periostitis
  • Pneumonia
  • Hepatitis
Sifilis bawaan pada masa-masa akhir di diagnosa setelah umur 2 thn merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan :
  • Kelainan gigi
    • Gigi-gigi Hutchinson,’mulberry molars’
    • Saber shine (tulang kering pedang)
  • Kerusakan pada septum nasal yang menyebabkan suatu hidung sadel : kerakitis, interstisial, tuli saraf delapan
  • Kegagalan pertumbuhan
(Neville F.Hacker,2001: 199)
f. Penegakan diagnose
Diagnosa serologic sifilis umumnya ditegakkan dengan melakukan 2 tipe pemeriksaan yaitu :
  • Pemeriksaan antibody non treponema → VDRL atau RPN dilakukan dengan pemeriksaan dilusi serum serial, hal ini penting karena terdapat lesi klinis yang berkaitan dengan peningkatan titer pada pemeriksaan nontreponema.
  • Pemeriksaan anti bodi treponema → FTA-ABS, MHA-TP
g. Terapi
  • Terapi sifilis pada kehamilan sama seperti terapi pada keadaan tidak hamil (terapi yang dipilih adalah penisilin G).
  • Pada pasien dengan sifilis primer, sekunder atau laten yang berlangsung < dari 12 bulan menggunakan terapi dosis tunggal benzatin penisilin : 2,4 juta unit yang dilakukan secara intramuscular (IM)
  • Pasien dengan sifilis laten yang lebih lama dari satu tahun diberi terapi mingguan ini selama 3 minggu.
h. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual.  Kondom dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks.  Masih ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang ada di daerah kelamin.  Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka, ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
  1. KANDIDOSIS VAGINAL
a. Definisi
Kandidosis vaginal adalah penyakit jamur yang yang bersifatakut atau sub akut pada vagina danatau vulva dan disebabkan oleh kandida, biasanya oleh C. albicans.
(Arif Mansjoer, 2000 : 150)

b. Faktor predisposisi
1). Factor endogen, yaitu :
  • Perubahan fisiologik, seperti kehamilan, kegemukan, debilitas, endokrinopati dan penyakit kronik
  • Umur, misalnya orang tua dan bayi lebih mudah terkena
  • Imunologik / penyakit genetik
2). Factor eksogen, antara lain :
  • Iklim, panas dan kelembaban menyebabkan perspirasi meningkat
  • Kebersihan kulit
  • Kontak dengan pasien
  • Latrogenik, missal dengan penggunaan antibiotic jangka panjang
c. Tanda dan gejala
  • Tanda
    • Radang
    • Disertai maserasi
    • Pseudomembran
    • Fisura
    • Lesi satelit papulopustular
  • Gejala
    • Gatal
    • Biasa disertai keputihan
    • Tidak berbau / berbau asam
    • Jumlah biasa banyak
    • Berwarna putih keju, seperti kepala susu / krim atau seperti susu pecah
    • Pada dinding vagina biasanya dijumpai gumpalan keju ( cottage cheeses) yang menempel
d. Dampak pada kehamilan
Infeksi pada bayi saat dilahirkan, seringkali terbatas pada bagian mulut dan daerah yang ditutupi popok.
1).Kandidosis oral ( sariawan / stomatitis )
  • Tanda dan gejala :
    • Plak putih pada mukosa oral, gusi dan lidah
    • Tidak bisa dibersihkan
    • Cenderung berdarah bila disentuh
    • Kesulitan menelan
  • Factor predisposisi :
    • Bayi yang sakit, lemah / mendapat terapi antibiotic
    • Bayi yang mengalami celah bibir / celah palatum, neoplasma dan hiper paratiroid
  • Penanganan :
    • Mengolesi lesi dengan larutan gentian violet cair ( 1% – 2%)
    • Nistatin dimasukkan ke dalam mulut bayi dengan alat tetes yang sebelumnya dibersihkan dulu
2). Candidal diaper dermatitis
Terlihat pada daerah perianal, lipatan inguinal dan di bagian abdomen yang lebih rendah.
  • Tanda dan gejala :
    • Mengalami eritema hebat
    • Dengan garis tajam
    • Pinggir bergerigi
    • Seringkali disertai berbagai lesi kecil yang meluasdiluar lesi yang lebih besar
  • Sumber infeksi : melewati traktus gastrointestinal
  • Penanganan
Mengoles salep anti jamur (seperti nistantin) tiap ganti popok
e. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan mikroskopik secret vagina dengan sediaan basah KOH 10 % dapat terlihat adanya bentuk ragi (yeast form) : blastospora dan pseudohifa (seperti sosis panjang bersambung). Dengan pewarnaan gram dapat ditemukan pseudohifa yang bersifat gram positif dan blastospora.

f. Diagnosis
Ditegakkan berdasar pada manifestasi klinis dan pemeriksaan mikroskopik.
g. Penatalaksanaan
1). Topical, gunakan :
  • Mikonazol /klotrimazol 200 mg intra vaginal/hari selama 3 hari
  • Klotrimazol 500mg intravaginal dosis tunggal
  • Nistatin 100.000 IU intravaginal / hari selama 14hari
  • Untuk vulva dapat diberikrim klotrimazol 1 % / mikonazol 2 % selama 7 – 14 hari atau salep tiokonazol 6,5 % sekali oles
  • Untuk wanita hamil hanya dapat diberikan preparat azol topical selama 7 hari
2). Sistemik
Dapat digunakan ketokonazol denga dosis 2 x 200 mg selama 5 hari (untuk dewasa) (Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 150-151).
  1. AIDS
a. Pengertian
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh secara bertahap yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodefisiency Virus (HIV) (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 162).
b. Tipe: Viral
c. Etiologi
Lymphadenopaty associated virus (LAV), human T cell leukemia virus III (HTLV III), human T cell lympho tropic virus. Virus ini ditemukan pada monyet hijau di Afrika sekitar 70 %, tetapi tidak menimbulkan penyakit (Manuaba, 1999 : 44-45).

d. Gejala-gejala
     Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.  Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran getah bening.  Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun.  Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan, menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksi-infeksi oportunistik.

e. Faktor risiko penularan HIV
  • Memiliki banyak pasangan seksual
  • Menyalahgunakan obat intravena
  • Memiliki pasangan seksual dari penyalahgunaan obat intravena
  • Memiliki pasangan seksual dari orang yang terinfeksi HIV
  • Pelacuran
  • Transfusi sebelum  1985
  • Memiliki riwayat penyakit yang ditularkan lewat kontak seksual (terutama ulseratif)
  • Lahir di atau pasangan seksualnya lahir di afrika atau karibia
(Neville F. Hacker, 2002 : 118)
f. Epidemiologi
Di Indonesia kasus AIDS pertama kali ditemukan pada tanggal 5 April 1987 di Bali pada seorang wisata Belanda. Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI, jumlah kumulatif kasus HIV / AIDS (+) per Januari 2000 adalah 1080 kasus yang terdiri dari 794 kasus HIV (+) dan  286 kasus AIDS (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 163).

g. Patogenesis
Masuknya HIV ke dalam tubuh manusia terutama melalui darah, semen dan secret vagina serta transmisi dariibu ke anak.penularan HIV melalui 3 cara yaitu :
  • Hubungan seksual, baik secara vaginal,oral, maupun anal denag seorang pengidap. Cara ini paling umum terjadi, meliputi 80-90 % totalkasus sedunia.
  • Kontak langsung dengan darah, produk darah atau jarum suntik. Transfusi darah / produk darah yang tercemar mempunyai factor resiko sampai > 90 %. Ditemukan 3-5 % total kasus sedunia.
  • Transmisi secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui plasenta. Resiko penularan 25-40 % dan terdapat < 0,1% total kasus sedunia.
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 163)
h. Manifestasi klinis
1). keganasan
  • Sarcoma Kaposi
  • Limfoma burkit
  • Limfoma imunoblastik
  • Limfoma primer pada otak
  • Kanker leher rahim invasive
  • Penurunan imunitas yang hebat
2). infeksi oportunistik
  • Kandidosis pada bronkus, trachea atau paru
  • Kandidosis pada esophagus
  • Kniptokokosis ekstrapulmoner
  • Koksidiodomikosis diseminata atau ekstrapulmoner
  • Kriptosporidiosis pada usus bersifat kronis (lebih dari 1 bulan)
  • Toksoplasmosis pada otak
  • Histoplasmosis (diseminata atau ekstrapulmoner )
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
i. Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi
     20-30% dari bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran.  20% dari bayi-bayi yang terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan.  Obat antiretroviral yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV dalam proporsi yang cukup besar.
j. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1). cara langsung
isolasi virus dari sample. Umumnya menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR). Penggunaan PCR antara lain untuk :
  • Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis
  • Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif
  • Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
  • tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitifitas ELISA untuk HIV-2 rendah
2). cara tidak langsung
  • ELISA sensitifitasnya tinggi (98,1-100 %). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi. Hasil positif, harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan Western Blot.
  • Western Blot, sensitifitasnya tinggi (99,6-100 %). Pemeriksaan ini cukup sulit, mahal dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
  • Immunofluorescent assay (IFA)
  • Radioimmunopraecipitation assay (RIPA)
(Arif Mansjoer jilid 2,2000 : 164)
k. Perawatan dan penanganan wanita yang terinfeksi HIV sebelum dan selama persalinan
  • Persalinan di RS setempat yang mengetahui pasien
  • Penentuan tatacara persalinan yang diharapkan
  • Set partus untuk HIV selalu tersedia
  • Hindari tindakan infasif pada ibu dan janin jangan memasang elektroda kepada kepala dan jika mungkin jangan melakukan episiotomi atau persalinan pervaginam  secara operatif
  • Peralatan aspirasi oleh janin
  • Perawatan khusus saat memotong tali pusat dan pelahiran plasenta : serologi pada daerah tali pusat dan menentukan adanya virus
  • Lakukan desinfektan secara cermat
(Thomas Rabe, 2002 : 118)
 l. Pengobatan
      Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.  Obat-obat anti retroviral digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi.  Obat-obat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
m. Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seks.  Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali kemungkinan penularan.  Hindari pemakaian narkoba suntik dan saling berbagi jarum suntik.  Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah.
  1. ULKUS MOLE
`
a. Pengertian
Ulkus mole adalah penyakit infeksi pada kelamin yang akut, setempat, disebabkan oleh haemopilus ducrey.(Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158)

b. Etiologi
Disebabkan oleh haemopilus ducrey (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158).
c. Manifestasi klinis
Masa inkubasi berkisar diantara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7 hari. Lesi kebanyakan multiple, biasanya di daerah genital. Mula-mula kelainan kulit berupa papul kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi ulkus.
d. Tanda dan gejala :
  • Ulkus yang multiple4
  • Nyeri pada tempat inokulasi
  • Sering disertai penanahan kelenjar getah bening regional
Ulkus pada wanita tidak senyeri laki-laki, berupa :
  • Disuria
  • Nyeri pada waktu defekasi
  • Dispareunia
  • Atau duh tubuh vagina
e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sediaan apus diambil dari permukaan tepi ulkus yang bergaung, dengan pewarnaan gram, Unna-Pappenheim, Wright atau Giemsa ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai
Biakan kuman dengan bahan diambil dari pus bubo atau lesi, kemudian ditanam pada perbenihan / plat agar khusus, yaitu agar gonokok dan Muller Hinton.
Dapat pula dilakukan tes imunofluoresensi, biopsy, tes kulit ito-Reenstieina, dan autoinokulasi.
f. Komplikasi
Dapat timbul mixed chancre, abses kelenjar inguinal, fimosis, parafimosis, fistula urethra dan infeksi campuran. Bila terjadi infeksi campuran dengan treponema pallidum disebut ulkus mikstum : mulanya menunjukkan gambaran ulkus mole tetapi semakin berkurang nyerinya dan lebih berindurasi.

g. Diagnosis
Berdasarkan pada riwayat pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan laboratorium untuk menentukan agen penyebabnya. Harus juga dipikirkan kemungkinan infeksi campuran. Pemeriksaan serologic dapat dilakukan, untuk menyingkirkan sifillis.

h. Penatalaksanaan
1). Medikamentosa
Pengobatan sistemik dapat diberikan salah satu obat di bawah ini :
  • Siprofoksasin * 500 mg per oral dosis tunggal
  • Ofloksasin * 400 mg per oral dosis tunggal
  • Azitromisin 1 gram per oral dosis tunggal
  • Eritromisin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari
  • Seftriakson 250 mg injeksi IM sebagai dosis tunggal
  • Trimetropim – sulfametoksasol 80-400 mg, 2×2 tablet peroral selama 7 hari
(*) kontra indikasi untuk wanita hamil, menyusui dan anak kurang dari 12 tahun
Sebagai pengobatan likal dapat dilakukan kompres, rendam atau irigasi dengan larutan salin yang akan membantu menghilangkan debris nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus
Antseptik local merupakan kontra indikasi karena dapat mengganggu pemeriksaan untuk diagnosis dini sifillis dengan mikroskop kepang gelap.
2). Nonmedikamentosa
Memberikan pendidikan pada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut :
  • Bahaya PMS dan komplikasinya
  • Pentuingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
  • Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
  • Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat menghindari lagi
  • Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa datang
(Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 158-160)
i. Pencegahan
Gunakan kondom dengan cara yang benar dan jika ada kulit yang menutupi kepala penis maka sebaiknya dihilangkan (disunat/khitan) untuk mengurangi resiko terjangkit. Lebih baik lagi untuk pencegahan jangan berganti-ganti pasangan seks karena penyakit ini banyak terjadi pada praktek-praktek prostitusi.
  1. Kondiloma Akuminata
a. Definisi
Kondiloma akuminata adalah vegetasi oleh virus papiloma humanus (VPH) tipe tertentu, bertangkai dan permukaannya berjonjot (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).

b. Etiologi
Virus papiloma humanus (VPH), virus DNA yang tergolong dalam famili Papova. Tipe yang pernah ditemui adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42, 44, 51, 52 dan 56. tipe 6 dan 11 tersering dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepithelial serviks ringan. Tipe 16 dan 18 mempunyai potensi keganasan yang tinggi dan sering dijumpai pada kanker serviks. Sampai saat ini sudah dapat diidentifikasikan 80 ntipe virus papioma humanus (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).

c. Patogenesis
VPH masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit sehingga kondiloma akuminatum sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat berhubungan seksual (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).

d. Manifestasi klinis
Masa inkubasi dan terjadinya lesi antara 1 sampai 3 bulan. Karakteristik lesi seperti kembang kol dan terletak pada introitus, vulva atau rectum (Jan Tambayong, 2000 : 200).
Masa inkubasi berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan). Terutama mengenai daerah yang lembab, misalnya daerah genetalia eksterna. Pada pria dapat mengenai perineum, sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis. Muara uretra eksterna, korpus dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina, kadang-kadang pada portio uteri. Adanya fluor albus dan kehamilan dapat mempercepat pertumbuhan penyakit.
Kelainan yang baru berupa vegetasi bertangkai dan kemerahan lalu menjadi kehitaman , permukaan berjonjot (palilomatosa). Bila infeksi menjadi keabu-abuan (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).
e. Diagnosis banding
Veruka vulgaris, kondiloma latum dan karsinoma sel skuamosa (Arif Mansjoer jilid 2, 2000 : 157).
f. Penatalaksanaan
Dapat dilakukan dengan kemoterapi, bedah listrik, bedah beku, bedah scalpel, laser CO2 dan interferon
Umumnya di daerah lipatan yang lembab pada genitalia eksterna.
Pada pria, misalnya di: perineum dan sekitar anus, sulkus koronarius, gland penis, muara uretra eksterna, prepusium, korpus dan pangkal penis.
Pada wanita, misalnya di: vulva dan sekitarnya, introitus vagina, labia mayor, labia minor, terkadang pada porsio uteri.
  • Tutul (olesi sedikit) dengan tinctura podofilin 20-25% (ini tidak
    boleh diberikan pada wanita hamil, karena dapat terjadi  kematian fetus/janin).
  • Pada wanita hamil, tutul dengan asam triklorasetat (TCA)
    80-90%. Atau digunakan larutan dengan konsentrasi 50%,dioleskan setiap minggu.
  • Salep 5-fluorurasil 1-5% diberikan setiap hari sampai lesi hilang.
  • Bedah listrik (elektrokauterisasi).
  • Bedah beku dengan nitrogen cair.
  • Bedah skalpel.
  • Laser karbondioksida.
  • Interferon (suntikan i.m. atau intralesi) atau topikal (krim).
Daftar pustaka

Ambarwati, Eny Retna Dkk. 2009. Asuhan Kebidanan komunitas. Yogyakarta : Muha Medika.
Cunningham,F.Gary. 2001. Obstetri William. Jakarta: EGC
Glasier,Anna. 2005. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi. Jakarta :EGC
Hacker,Neville F. 2001.Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
Jduanda,Adhi. 2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta: EGC
Manuaba. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta: 1999.
Manuaba,Ida Ayu Chandranita. 1999.Ilmu Kebidanan dan Penyait Kandungan. Jakarta: EGC
Stanhope,Marcia. 1997. Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66