Kamis, 06 April 2017

Asuhan Antenatal

Untuk menghindari risiko komplikasi pada kehamilan dan persalinan, anjurkan setiap ibu hamil untuk melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali, termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota keluarga, sebagai berikut.
KB-IBU-Bab2-tabel 2.1
  • Selain itu, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke dokter setidaknya 1 kali untuk deteksi kelainan medis secara umum.
  • Untuk memantau kehamilan ibu, gunakan buku KIA. Buku diisi setiap kali ibu melakukan kunjungan antenatal, lalu berikan kepada ibu untuk disimpan dan dibawa kembali pada kunjungan berikutnya.
  • Berikan informasi mengenai perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) kepada ibu.
  • Anjurkan ibu mengikuti Kelas Ibu.

A. MELENGKAPI RIWAYAT MEDIS

  • Pada kunjungan pertama, lengkapi riwayat medis ibu seperti tertera padatabel di bawah ini.
  • Pada kunjungan berikutnya, selain memperhatikan catatan pada kunjungan sebelumnya, tanyakan keluhan yang dialami ibu selama kehamilan berlangsung.
KB-IBU-Bab2-tabel2.2 KB-IBU-Bab2-tabel2.2cont

B. MELENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK UMUM

  • Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan pertama:
    • Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, frekuensi napas)
    • Berat badan
    • Tinggi badan
    • Lingkar lengan atas (LILA)
    • Muka : apakah ada edema atau terlihat pucat
    • Status generalis atau pemeriksaan fisik umum lengkap, meliputi: kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies, tiroid, jantung, paru, payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi di daerah areola, bagaimana kondisi puting), abdomen (terutama bekas operasi terkait uterus), tulang belakang, ekstremitas (edema,varises, refleks patella), serta kebersihan kulit
  • Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan berikutnya:
    • Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, frekuensi nadi, pernafasan napas)
    • Berat badan
    • Edema
    • Pemeriksaan terkait masalah yang telah teridentifikasi pada kunjungan sebelumnya

C. MELENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK OBSTETRI

  • Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama:
    • Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan > 20 minggu)
    • KB-IBU-Bab2-pemeriksaan fisik obstetri
    • Vulva/perineum untuk memeriksa adanya varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan lainnya.
    • Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks*, uterus*, adneksa*, kelenjar bartholin, kelenjar skene , dan uretra (*bila usia kehamilan < 2 minggu)
    • Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan cairan dari ostium uteri
  • Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya:
    • Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus (jika tersedia), atau lihat gambar berikut:
    • KB-IBU-Bab2-palpasi abdomen
    • Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:
      • Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terletak di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)
      • Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan ibu(dilakukan mulai akhir trimester II)
      • Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah uterus (dilakukan mulai akhir trimester II)
      • Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas panggul (dilakukan bila usia kehamilan > 36 minggu)
    • Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu)
Tinggi fundus uteri yang normal untuk usia kehamilan 20-36 minggu dapat diperkirakan dengan rumus: (usia kehamilan dalam minggu + 2) cm
KB-IBU-Bab2-melakukan palpasi abdomen

D. MELAKUKAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil meliputi pemeriksaan laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) dan pemeriksaan ultrasonografi.
  • Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin (untuk semua ibu hamil) pada kunjungan pertama:
    • Kadar hemoglobin
    • Golongan darah ABO dan rhesus
    • Tes HIV: ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi, sedangkan di daerah epidemi rendah tes HIV ditawarkan pada ibu hamil dengan IMS dan TB (lihat bab 5.2)
    • Rapid testatau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria: untuk ibu yang tinggal di atau memiliki riwayat bepergian kedaerah endemik malaria dalam 2 minggu terakhir
  • Lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
    • Urinalisis (terutama protein urin pada trimester kedua dan ketiga) jika terdapat hipertensi
    • Kadar hemoglobin pada trimester ketiga terutama jika dicurigai anemia
    • Pemeriksaan sputum bakteri tahan asam (BTA): untuk ibu dengan riwayat defisiensi imun, batuk > 2 minggu atau LILA < 23,5 cm
    • Tes sifilis
    • Gula darah puasa (lihat bab 5.14 untuk keterangan lebih lengkap mengenai waktu dan langkah pemeriksaan)
  • Lakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG).
    • Pemeriksaan USG direkomendasikan:
      1. Pada awal kehamilan (idealnya sebelum usia kehamilan 15 minggu) untuk menentukan usia gestasi, viabilitas janin, letak dan jumlah janin, serta deteksi abnormalitas janin yang berat
      2. Pada usia kehamilan sekitar 20 minggu untuk deteksi anomali janin
      3. Pada trimester ketiga untuk perencanaan persalinan
    • Lakukan rujukan untuk pemeriksaan USG jika alat atau tenaga kesehatan tidak tersedia

E. MEMBERIKAN SUPLEMEN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT

  • Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/muntah berkurang, dan 400 μg asam folat 1x/hari sesegera mungkin selama kehamilan.
    • Catatan: 60 mg besi elemental setara 320 mg sulfas ferosus.
    • Efek samping yang umum dari zat besi adalah gangguan saluran cerna (mual, muntah, diare, konstipasi).
    • Tablet zat besi sebaiknya tidak diminum bersama dengan teh atau kopi karena mengganggu penyerapan.
    • Jika memungkinkan, idealnya asam folat sudah mulai diberikan sejak 2 bulan sebelum hamil (saat perencanaan kehamilan).
  • Di area dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan ganda)
  • Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia kehamilan 20 minggu
  • Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya. Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis (dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh selama hidupnya. Pemberian imunisasi TT tidak mempunyai interval (selang waktu) maksimal, hanya terdapat interval minimal antar dosis TT.
    • Jika ibu belum pernah imunisasi atau status imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis vaksin (0,5 ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut.
    • KB-IBU-Bab2-table2.3
    • Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi. Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi yang pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:
    • KB-IBU-Bab2-tabel2.4
Vaksin TT adalah vaksin yang aman dan tidak mempunyai kontra indikasi dalam pemberiannya. Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi TT pada masa lalunya (contoh: kejang, koma, demam >400C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas suntikan). Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah sembuh.
Selalu sedia KIPI Kit (ADS 1ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0.9% jarum infus, jarum suntik 23 G)

F.  MEMBERIKAN  MATERI KONSELING, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) wajib dimiliki oleh setiap ibu hamil, karena materi konseling dan edukasi yang perlu diberikan tercantum di buku tersebut.
  • Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal berikut:
    • Persiapan persalinan, termasuk:
      • Siapa yang akan menolong persalinan
      • Dimana akan melahirkan
      • Siapa yang akan membantu dan menemani dalam persalinan
      • Kemungkinan kesiapan donor darah bila timbul permasalahan
      • Metode transportasi bila diperlukan rujukan
      • Dukungan biaya
    • Pentingnya peran suami atau pasangan dan keluarga selama kehamilan dan persalinan.
    • Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai:
      • Sakit kepala lebih dari biasa
      • Perdarahan per vaginam
      • Gangguan penglihatan
      • Pembengkakan pada wajah/tangan
      • Nyeri abdomen (epigastrium)
      • Mual dan muntah berlebihan
      • Demam
      • Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
    • Pemberian makanan bayi, air susu ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi menyusu dini (IMD). (lihat bab 2.4)
      Catatan: Konseling pemberian makanan bayi sebaiknya dimulai sejak usia kehamilan 12 minggu dan dimantapkan sebelum kehamilan 34 minggu.
    • Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya hipertensi, TBC, HIV, serta infeksi menular seksual lainnya.
    • Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko bagi kesehatan, seperti merokok dan minum alkohol.
    • Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin (lihat bab 2.5)
    • Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan
    • Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi
      • Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dua kali sehari, mengganti pakaian dalam yang bersih dan kering, dan membasuh vagina
      • Minum cukup cairan
      • Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh: nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak goreng, dan 400 ml air.
      • Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
      • Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom)
KB-IBU-Bab2-tabel 2.5KB-IBU-Bab2-tabel 2.5cont
Catatan:
  1. Tabel di atas adalah pedoman untuk ibu yang menjalani asuhan antenatal sesuai jadwal.
  2. Jika ada jadwal kunjungan yang terlewatkan, lengkapi tatalaksana yang terlewatkan pada kunjungan berikutnya.
  3. Lakukan rujukan sesuai indikasi jika menemukan kelainan pada pemeriksaan terutama jika kelainan tersebut tidak membaik pada kunjungan berikutnya.
  4. ( = rutin, (*) = sesuai indikasi, (*) = rutin untuk daerah endemis
To Top

G. IDENTIFIKASI KOMPLIKASI DAN MELAKUKAN RUJUKAN

Rujukan harus dilakukan pada kondisi di luar kehamilan normal. Klasifikasi kehamilan terangkum dalam tabel berikut.
KB-IBU-Bab2-tabel 2.6KB-IBU-Bab2-tabel 2.6cont
Lihat pedoman tatalaksana pada bab yang sesuai di buku ini. Untuk kehamilan dengan masalah kesehatan/komplikasi yang membutuhkan rujukan, lakukan langkah-langkah berikut:
  • Rujuk ke dokter untuk konsultasi
    • Bantu ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dsb)
  • Lampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan
  • Minta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat dengan hasil dari rujukan
  • Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
  • Lakukan perencanaan dini jika ibu perlu bersalin di fasilitas kesehatan rujukan:
    • Menyepakati rencana kelahiran di antara pengambil keputusan dalam keluarga (terutama suami dan ibu atau ibu mertua)
    • Mempersiapkan/mengatur transportasi ke tempat persalinan, terutama pada malam hari atau selama musim hujan
    • Merencanakan pendanaan untuk biaya transportasi dan perawatan
    • Mempersiapkan asuhan bayi setelah persalinan jika dibutuhkan
untuk kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan RUJUKAN SEGERA:
  • Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayanan kegawatdaruratan obstetri yang sesuai.
  • Sambil menunggu transportasi, berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan.
  • Mulai berikan cairan infus intravena
  • Temani ibu hamil dan anggota keluarganya
  • Bawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain
  • Bawa catatan medis atau kartu kesehatan ibu hamil, surat rujukan, dan pendanaan yang cukup
  • mengenai sistem dan cara rujukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66