AMNIOTOMI
- Kaji ulang indikasi.
CATATAN: di daerah dengan prevalensi HIV/hepatitis
tinggi jika ibu belum dipastikan HIV/hepatitis negatif, selaput ketuban
sejauh mungkin dipertahankan untuk mengurangi transmisi
perinatal. Hati-hati pada: hidramnion, presentasi muka, tali pusat
terkemuka, dan vasa previa
- Periksa DJJ.
- Lakukan pemeriksaan serviks dan catat konsistensi, posisi, penipisan, dan bukaan serviks dengan menggunakan sarung tangan DTT.
- Masukkan ½ kokher yang dipegang dengan tangan kiri dan dengan bimbingan telunjuk dan jari tengah tangan kanan hingga menyentuh selaput ketuban.
- Gerakkan kedua ujung jari tangan dalam untuk menorehkan gigi kokher hingga merobek selaput ketuban.
- Cairan ketuban akan mengalir perlahan. Catat warna, kejernihan, pewarnaan mekonium, jumlahnya. Jika ada pewarnaan mekonium, pikirkan kemungkinan gawat janin.
- Setelah amniotomi, periksa DJJ pada saat kontraksi dan sesudah kontraksi uterus. Apabila ada kelainan DJJ (kurang dari 100 atau lebih dari 180 kali/menit) curigai gawat janin.
- Jika proses persalinan yang baik tidak terjadi 1 jam setelah amniotomi, mulailah dengan infus oksitosin.
- Pada persalinan dengan masalah, misalnya sepsis atau eklampsia, infus oksitosin dilakukan bersamaan dengan amniotomi.
OKSITOSIN
- Oksitosin digunakan secara hati-hati karena gawat janin dapat terjadi karena hiperstimulasi. Walaupun jarang, ruptura uteri dapat pula terjadi, terutama pada multipara.
- Dosis efektif oksitosin bervariasi. Infus oksitosin dalam dekstrose atau NaCl 0,9%, dengan tetesan dinaikkan secara gradual sampai his adekuat.
- Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan DJJ.
- Kaji ulang indikasi.
- Baringkan ibu dengan posisi miring ke kiri.
- Catat semua pengamatan pada parograf setiap 30 menit
- Kecepatan infus oksitosin
- Frekuensi dan lamanya kontraksi
- Denyut jantung janin. Apabila DJJ < 100 kali/menit, segera hentikan infus, dan tatalaksana gawat janin
Senantiasa lakukan observasi ketat pada pasien yang mendapat oksitosin
- Berikan 2,5 – 5 unit oksitosin dalam 500 ml cairan kristaloid, lalu mulai infus dengan 8 tetes/menit. Setiap 30 menit tambahkan 4 tetes/menit hingga dosis optimal untuk his adekuat tercapai. Dosis maksimum oksitosin adalah 20 mU/menit.
- Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik
atau lebih dari 4 kali kontraksi dalam 10 menit), hentikan infus dan
kurangi hiperstimulasi dengan:
- Terbutalin 250 µg IV perlahan selama 5 menit, atau
- Salbutamol 10 mg dalam 1 L cairan (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit
KATETER FOLEY
Kateter Foley merupakan alternatif lain di samping pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan.- Kaji ulang indikasi.
- Pasang spekulum DTT di vagina.
- Masukkan kateter Foley no. 24 perlahan melalui serviks dengan menggunakan forsep DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri internum.
- Kembangkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air.
- Gulung sisa kateter dan letakkan di vagina.
- Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontaksi atau sampai 12 jam.
- Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan infus oksitosin.
Jangan lakukan pemasangan kateter Foley jika terdapat riwayat perdarahan, atau ketuban pecah, atau infeksi vagina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar