Jumat, 08 Mei 2015

Anti Konvulsi





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pada kondisi normal sinyal-sinyal elektrik yang berjalan di sepanjang sel-sel syaraf di otak secara normal terkoordinir dengan baik dalam menghasilkan gerakan-gerakan tertentu. Pada keadaan tertentu sinyal-sinyal elektrik  tersebut dapat secara tiba-tiba melonjak dan tak terkontrol lagi sehingga muncul gerakan-gerakan ritmis yang tak terkendali bahkan hingga kejang (konvulsi).Penyebab terbesar terjadinya kejang adalah suatu penyakit yang dinamakan EPILEPSI. Dikatakan EPILEPSI bila kejang terjadi secara berkala dan dalam jangka waktu yang lama. Sekitar 20 – 40 juta orang menderita epilepsi, umumnya dialami oleh anak-anak sebelum masa pubertas Epilepsi (Yunani = Serangan tiba-tiba),Hughlings Jackson, adalah penemu pertama yang mendefinisikan konsep modern tentang epilepsi sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ia mendefinisikan epilepsi sebagai suatu gangguan sistem syaraf dimana terjadi kenaikan yang tiba-tiba pada potensial listrik di sekelompok neuron di otak.
Definisi saat ini “Gangguan syaraf yang timbul secara tiba-tiba dan berkala akibat aksi serentak dan mendadak dari sekelompok besar sel-sel syaraf di otak . Aksi ini disertai dengan pelepasan muatan listrik yang berlebihan dari neuron”.Serangan kejang (konvulsi) pada penderita epilepsi dapat dipicu oleh keadaan hipoglikemi, eclamsia, meningitis, encefalitis, trauma otak, atau adanya tumor di otak. Beberapa obat seperti klorpromazin, alkohol, dan MAO inhibitor dilaporkan juga memiliki ESO demikian. Obat-obat antikonvulsi bekerja menstabilkan.



1.2  Rumusan Masalah
·         Bagaimana mekanisme kerja anti konvulsi?

1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui patofisiologi anti konvulsi.
2.      Untuk mengetahui penggolongan anti konvulsi.
3.      Untuk mengetahui jenis obat anti konvulsi.
4.      Untuk mengetahui interaksi obat anti konvulsi.
5.      Untuk mengetahui efek samping dari anti konvulsi.
6.      Untuk mengetahui manfaat dalam kebidanan.














BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Anti Konvulsi
Anti Konvulsi merupakan golongan obat yang identik dan sering hanya digunakan pada kasus- kasus kejang karena Epileptik. Golongan obat ini lebih tepat dinamakan ANTI EPILEPSI, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala konvulsi penyakit lain.
Epilepsi adalah nama umum untuk sekelompok gangguan atau penyakit susunan saraf pusat yang timbul spontan dengan episode singkat (disebut Bangkitan atau Seizure), dengan gejala utama kesadaran menurun sampai hilang. Bangkitan ini biasanya disertai kejang (Konvulsi), hiperaktifitas otonomik, gangguan sensorik atau psikis dan selalu disertai gambaran letupan EEG obsormal dan eksesif.  Berdasarkan gambaran EEG, apilepsi dapat dinamakan disritmia serebral yang bersifat paroksimal.=

2.2  Patofisiologi
Banyak neurotransmitter asam amino yang telah diyakini berimplikasi pada serangan epilepsi ,diantaranya GABA dan Glutamat, keduanya menjadi fokus kerja obat-obat anti kejang atau epilepsy.

2.3  Penggolongan Obat Anti Konvulsi
a.      Golongan Hidantoin
Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin, dari ketiga jenis itu yang sering digunakan adalah Fenitoin dan digunakan untuk semua jenis bangkitan, kecuali bangkitan Lena.
Fenitoin merupakan antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak.
b.      Golongan Barbiturat
Golongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai antikonvulsi, yang sering digunakan adalah barbiturate kerja lama ( Long Acting Barbiturates ).
Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini dapat menekan letupan di focus epilepsi
c.       Golongan Oksazolidindion
Salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek memperkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral mudah diabsorpsi dari saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.
d.      Golongan Suksinimida
Yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid yang mempunyai efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi lengkap melalui saluran cerna, distribusi lengkap keseluruh jaringan dan kadar cairan liquor sama dengan kadar plasma. Etosuksimid merupakan obat pilihan untuk bangkitan lena.
e.       Golongan Karbamazepin
Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik klonik dan merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk mengatasi semua bangkitan kecuali lena.
Karbamazepin merupakan efek analgesic selektif terutama pada kasus neuropati dan tabes dorsalis, namun mempunyai efek samping bila digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo, ataksia, dan diplopia.

f.       Golongan Benzodiazepin
Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai anti konvulsi juga mempunyai efek antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk status epileptikus.
g.      Obat obat generasi ke 2
Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin, felbamat, tiagabin, topiramat dan zonisamida.

2.4  Contoh Obat Anti Konvulsi
Carbamazepine                         Carbatrol
Clobazam                                  Clonazepam
Depakene                                  Depakote
Depakote ER                             Diastat
Dilantin                                     Felbatol
Frisium                                     Gabapentin
Gabitril                                     Keppra
Klonopin                                  Lamictal
Lyrica                                      Mysoline
Neurontin                                 Phenobarbital
Phenytek                                  Phenytoin
Sabril                                       Tegretol
Tegretol XR                             Topamax
Trileptal                                   Valproic Acid
Zarontin                                   Zonegran
Zonisamide.

2.5  Interaksi Obat Anti Konvulsi
Terdapat dua mekanisme antikonvulsi yang penting, yaitu :
1.      Dengan mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif
pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi.
2.      Dengan mencegah terjasinya letupan depolarisasi pada
neuron normal akibat pengaruh dari fokus epilepsy
2.6  Efek Samping
1.      Fenitoin (Ditalin,Dilantin)
Zat hipnotik ini terutama efektif pada grand mal dan seranga  psikomotor, tidak untuk serangan-serangan  kecil karena dapat memprofokasi serangan.
DS                       : oral 1-2x sehari @ 100-300 mg.
Indikasi               : semua jenis epilepsi,kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi    : gangguan hati, wanita hamil dan menyusui
Efek samping      : gangguan saluran cerna, pusing nyeri kepala tremor, insomnia.
2.      Penobarbital
Zat hipnotik ini terutama digunakan pada serangan epilepsi Grand mal / besar, biasanya dalam kombinasi dengan kafein atau efedrin guna melawan efek hipnotisnya.
DS                       : oral 3 x sehari @ 25 – 75 mg maksimal 400 mg (dalam 2 dosis).
Indikasi               : semua jenis epilepsi kecuali petit mal, status epileptikus
Kontra indikasi    : depresi pernafasan berat, porifiria
Efek samping      : mengantuk, depresi mental





3.      Karbamazepin
Indikasi               : epilepsi semua jenis kecuali petit mal neuralgia trigeminus
Kontra indikasi    : gangguan hati dan ginjal, riwayat depresi sumsum tulang
Efek samping      : mual,muntah,pusing, mengantuk, ataksia,bingung
4.      Klobazam
Indikasi               : terapi tambahan pada epilepsy penggunaan jangka pendek ansietas.
Kontra indikasi    : depresi pernafasan
Efek samping      : mengantuk, pandangan kabur, bingung, amnesia ketergantungan kadang-kadang nyeri kepala, vertigo hipotensi.
5.      Diazepam (valium)
Selain bersifat sebagai anksiolitika, relaksan otot,   hipnotik, juga berkhasiat antikonvulsi.Maka   digunakan   sbg obat status epileptikus dalam bentuk injeksi.
DS                       : oral 2 – 3 x sehari @ 2 –  5 mg
Indikasi               : status epileptikus, konvulsi akibat keracunan
Kontra indikasi    : depresi pernafasan
Efek samping      : mengantuk, pandangan kabur, bingung, antaksia, amnesia, ketergantungan, kadang nyeri kepala.
6.      Primidon (Mysolin)
Strukturnya mirip dengan fenobarbital dan di dalam hati akan dibiotrasformasi menjado fenobarbital, tetapi kurang sedatif dan sangat efektif terhadap serangan grand mal dan psikomotor.
DS     : Dimulai 4 x sehari @ 500 mg, hari ke 4 250 mg dan hari ke 11  25 mg
7.      Etosuksinimid (Zarontin)
Sangat efektif terhadap serangan ringan,kerjanya panjang karena praktis tidak terikat dengan protein, ekskresinya melalui ginjal.
DS            : 2 x sehari @ 250-500 mg,
8.       Karbamazepin (Tegretol)
Senyawa trisiklik ini mirip imipramin, Digunakan pada epilepsi grand mal dan psikomotor dengan   efektifitasnya sama dengan fenitoin tetapi efek sampingnya lebih ringan.
DS     :  Dimimun dengan dosis rendah dan dinaikan berangsur-angsur sampai 2-3 x sehari @ 200-400 mg,
9.      Asetazolamid (Diamox)
Senyawa sulfonamid ini bersifat merintangi enzim Carbonic Acid Dehidrase dan sering  digunakan sebagai diuretik. Khasiat anti konvulsinya diperkirakan berdasarkan   meningkatnya ekskresi ion natrium dan   bikarbonat serta darah bias
,menjadi asam. Digunakan pada serangan karena kerja fisik (berat).
DS                       : 2-4 x sehari @ 250 mg. Asam Valproat, Depakene
Derivat asam asetat ini daya anti   konvulsinya ditemukan secara kebetulan   (Meunier-1963), sebagai obat pilihan   pertama pada serangan ringan, dalam   kombinasi   dengan obat lain  dapat digunakan untuk serangan grand mal.
DS                       : Dimulai 3-4 x sehari @ 100-150 mg, berangsur dinaikan sampai 2-3 x sehari @ 300-500 mg.
2.5.3.7   Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yg terjadi pd kenaikan suhu tubuh (suhu rectal > 38 0C) yg disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam  biasanya terjadi antara umur 3 bln sampai 5 thn, kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi (kejang berulang).
Kejang demam dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
Sederhana (kurang dari 15 menit)
Kompleks (lebih dari 15 menit).




2.7  Anti Konvulsi Dalam Kebidanan
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan, setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologis. Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preeklampsia berat disertai gejala nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium atau kenaikan darah yang progresif. Pada kasus Eklampsia dapat diberikan MgSO42 gr/jam dalam drip infus Dextose 5% untuk pemelihaan sampai sampai kondisi / tekanan darah stabil (140-150 mmHg).Bila timbul kejang, berikan dosis tambahan MgSO4 2 gr iv sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian terakhir. Bila masih tetap kejang, berikan fenobarbital 250 mg im atau Diazapam 10 mg iv atau amobarbital 3-5 mg/kgBB iv















BAB III
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Anti konvulsi adalah obat yang di gunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi<epilec seizure>.Bangkitan ini biasa di sertai kejang{konvulsi}. Hiperaktivitas otonom,gangguan sensoris atau psikis.O bat anti konvulsi di sebut juga obat anti-epilepsi.Epilepsi{berasal dari bahasa Yunani berarti Kejang}atau di indonesia di kenal dngan penyakit ayan. Ayan adalah penyakit yang menyerang saraf sehinggaa fungsi saraf terganggu yang timbul secara tiba-tiba dan berkala,biasa nya di sertai perubahan kesadaran. Penyebab utama dari epilepsi adalah akibat adanya muatan listrik yang cepat.

3.2  Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pemberian obat anti diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya kesehatan ibu.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66