Rabu, 06 Mei 2015

LAPORAN PENDAHULUAN FISIOLOGI MASA NIFAS




LAPORAN PENDAHULUAN
FISIOLOGI MASA NIFAS

1.      DEFINISI
-          Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kendungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Mas nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan.
-          Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahum, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya embali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan sepertiperlukaan dan lain sebaginya berkaitan saat melahirkan
-          Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

2.      TAHAPAN MASA NIFAS
-          Puerperium dini (immediate puerperium) : waktu 0-24 jam post partum. Yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berdiri dan jalan-jalan
-          Puerperium Intermedial (early puerperium) : waktu 1-7 hari post partum. Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu
-          Remote puerperium (later puerperium) waktu 1-6 minggu post partum. Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan atau tahun

3.      PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS
a.       Perubahan Sistem Reproduksi
-          Perubahan uterus
Terjadi kondisi uterus yang meningkat setelah bayi keluar, hal ini menyebabkan iskemia pada perlekatan plasenta sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil). Uteru akan mengalami involusi secara berangsur-angsur sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Mengenai tinggi fundus utetus dan berat menurut masa involusi sebagai berikut:
Involusi
FTU
Berat uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lepas
Dua jari bawah pusat
750 gram
Satu minggu
Pertengahan pusat-sympisis
500 gram
Dua minggu
Tak teraba diatas simpisis
350 gram
Enam minggu
Bertambah kecil
50 gram
Delapan minggu
Sebesar normal
30 gram

Ada bbeberapa jenis lochea, taitu:
·         Lochea rubra (cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua (selaput lendir rahim dalam keadaan hamil), vernik caseosa (palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel epitel yang menyelimuti kulit janin), lanugo (bulu halus pada bayi yang baru lahir) dan mekonium (isi usus berwarna hijau kehitaman) selama 2 hari pasca persalinan
·         Lochea sangulnolenta : warnnya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan
·         Lochea serosa : berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan
·         Lechea alba : cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu
·         Lochea purulenta : ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
·         Lochiotosis : lochea tidak lancar keluarnya
-          Perubahan vagina dan perineum
·         Vagina : pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali
·         Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi sering terjadi akibat ekstraksi dengan cuman, berlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum
·         Perubahan pada perineum : terjadi perobekan pada hampir semua persalinan pertama dan jarang juga pada persalinan berikutnya. Perobekan perineum umumnya terjadi di garistengah dan isa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar darpiada sirkumferensia suboksipito bregmatika. Bila ada iaserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi) lakukan penjahitan dan perawatan dengan baik
b.      Perubahan sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan kurangnya berserat selama persalinanan. Disamping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubunga dengan jahitan pada perineum, jangan samapai dan jangan takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Jika masih terjadi konstipasi dan beraknya keras dapat diberikan obat laksan peroral atau perrektal
c.       Perubahaan perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 samapi 8 minggu, Distensi berlebh pada vesikula urinari adalahyang umum terjadi karena peningkatan kapasitas vasikula urinaria, pembegkakan memar jaringan disekitar uretra dan hilang sensasi terhadap tekanan yang meninggi




d.      Perubahan Tanda Tanda vita pada masa nifas
-          Suhu badan
·         Sekitar hari ke 4 seetelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2 – 37,5 C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara
·         Bila kenaikan mencapai 38 C pada hari kedua sampai hari –hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas
-          Denyut nadi
·         Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 6 x/menit, yaitu pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi umumnya pada minggu pertama post partum
·         Pada ibu yang nervus, nadinya bisa cepat, kira-kira 110 x/menit bisa juga terjadi gejala syok karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh
-          Tekanan Darah
·         Tekanan darah < 140 /90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum
·         Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukan adanya pendarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah tinggi meerupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklamsia yang timbul pada masa nifas. Namun hal tersebut jarang terjadi
-          Pernafasan
·         Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Hal ini tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihana atau dalam kondisi istirahat
·         Bila ada respirasi cepat post partum > 30 x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok

4.      FASE-FASE PENYESUAIAN FISIOLOGI PADA MASA NIFAS
a.        Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.

b.      Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri
c.        Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini. Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

5.      KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS
a.      Nutrisi dan Cairan
Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi akan sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status gizi  baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang status ggizinya kurang biasnya akn sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting , karena bayi akan tumbuh sempurna  sebagai menusia yang sehat dan pintar, sebab ASI mengandung DHA.
-          Energy
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pasca post partum mencapai 500 kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang mengandung 600 kkal. Sementara itu, kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750  kkal. Jika laktasi berlangsung selama lebih dari 3 bulan, selama itu pula berat badan ibu akan menurun, yang berarti jumlah kalori tambahan harus  ditingkatkan.
Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut hanya  sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal) diambil dari cadanagn indogen, yaitu timbunan lemak selama hamil. Mengingatkan efisiensi kofersi energy hanya 80-90 % maka energy dari makanan yang dianjurkan (500 kkal) hanya akan menjadi energy ASI sebesar 400-500 kkal. Untuk menghasilkan 850cc ASI dibutuhkan energy 680-807 kkal energy. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan ASI, berat badan ibu  akan kembali normal dengan cepat.


-          Protein
Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein  di atas normal sebesar 20 gram/hari. Maka dari itu ibu dianjurkan makan makanan mengandung asam lemak omega 3 yang banyak terdapat di ikan kakap, tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan keluar sebagai ASI. Selain itu ibu dianjurkan makan makanan yang mengandung kalsium , zat besi,  vitamin C, B1, B2, B12, dan D
Selain nutrisi, ibu juga membutuhkan banyak cairan seperti air minum. Dimana kebutuhan minum ibu 3 liter sehari ( 1 liter setiap 8 jam)
Beberapa anjuran yng berhubungan dngan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
·         Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kkal
·          Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan vitamin
·         Minum sedikitnya 3 liter setiap hari terutama setelah menyusui
·         Mengonsumsi tablet zat besi
·         Minum kapsul vitamin A agar dapaat meberikan vitamin A kepada bayinya.

b.      Ambulasi Dini
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk  selekas mungkin membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan. Ambulasi dini ini tidak dibenarkan pada pasien dengan penyakit anemia, jantung, paru-paru, demam dan keadaan lain yang membutuhkan istirahat. Keuntungannya yaitu :
-            Penderita merasa lebih sehat dan lebih kuat
-          Faal usus dan kandung kemih menjadi lebih baik.
-          Memungkinkan bidan untuk memberikan bimbingan kepada ibu mengenai cara merawat bayinya.
-          Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia.
Ambulasi dini dilakukan secara perlahan  namun meningkat secara berangsur-angsur, mulai dari jalan-jalan ringan dari jam ke jam sampai hitungan hari hingga pasien dapat melakukannya sendiri tanpa pendamping sehingga tujuan memandirikan pasien dapat terpenuhi.

c.       Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan  infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasany ibu malas buang air kecing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi  post partum. Dalam 24 jam pertama , pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh ditahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih.
d.      Kebersihan Diri
Bidan harus bijaksana dalam memberikan motivasi ibu untuk melakukan personal hygiene secara mandiri dan bantuan dari keluarga. Ada beberapa langkah dalam perawatan diri ibu post partum, antara lain :
-          Jaga kebersihan seluruh tubuh ibu  untuk mencegah infeksi dan alergi kulit pada bayi.
-          Membersihakan daerah kelamin dengan sabun  dan air, yaitu dari daerah depan ke belakang, baru setelah itu anus.
-          Mengganti pembalut minimal 2 kali dalam sehari.
-          Mencuci tangan denag sabun dan air setiap kali selesai membersihkan daerah kemaluan
-          Jika mempunyai luka episiotomy, hindari untuk  menyentuh daerah luka agar terhindar dari infeksi sekunder.

e.       Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali kekeadaan fisik. Kurang istirahat pada ibu post partum  akan mengakibatkan beberapa kerugian, misalnya :
-          Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
-          Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
-          Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga agar ibu kembali melakukan kegiatan-kegiatan rumah tangga  secara perlahan dan bertahap.  Namun harus tetap melakukan istirahat minimal 8 jam sehari siang dan malam.

f.       Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Tetapi banyak budaya dan agama yang melarang sampai masa waktu tertentu misalnya 40 hari atau 6 mingggu setelah melahirkan. Namun kepiutusan itu etrgantung pada pasangan yang bersangkutan.

g.      Latihan / Senam Nifas
Agar pemulihan organ-organ ibu cepat dan maksimal, hendaknya ibu melakukan senam nifas sejak awal (ibu yang menjalani persalinan normal). Berikut ini ada beberapa contoh gerakan  yang dapat dilakukan saat senam nifas :
-          Tidur telentang, tangan disamping badan. Tekuk salah satu kaki, kemudian gerakkan ke atas mendekati perut. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali secara bergantian untuk kaki kanan dan kkiri. Setelah itu, rileks selama 10 hitungan.

-          Berbaring telentang, tangan di atas perut, kedua kaki ditekuk. Kerutkan otot bokong dan perut bersamaan dengan mengangkat kepala, mata memandang ke perut selama 5 kali hitungan. Lakukan gerakan ini senbanyak 15 kali. Roleks selama 10 hitungan.
-          Tidur telentang, tangan di samping badan, angkat bokong sambil mengerutkan  otot anus selama 5 hitungan. Lakukan gerakan ini sebanyak 15 kali. Rileks selama 10 hitungan.
-          Tidur telentang, tangan di samping badan. Angkat kaki kiir lurus keatas sambil menahan otot perut. Lakukan  gerakan sebanyak  15 kali hitungan, bergantian  dengan kaki kanan. Rileks selama 10 hitungan.
-          Tidur telentang, letakan kedua tangan dibawah kepala, kemudian bangun tanpa mengubah posisi kedua kaki (kaki tetap lurus). Lakukan  gerakan sebanyak 15 kali hitungan, kemudian rileks selama 10 hitungan sambil menarik nafas panjang lwat hidung, keluarkan lewat mulut.
-          Posisi badan nungging, perut dan paha membentuk sudu 90 derejat. Gerakan perut keatas sambil otot perut dan anus dikerutkan sekuat mungkin, tahan selama 5 hitungan. Lakukan gerakan in sebanyak 15 kali, kemudian rileks selama 10 hitugan.

6.      TANDA-TANDA BAHAYA
Ibu nifas dan keluarga harus mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tanda – tanda bahaya masa nifas seperti berikut ini :
a.       Perdarahan Pervaginam.
b.      Sakit kepala yang hebat
c.       Pembengkakan di wajah,tangan dan kaki
d.      Payudara yang berubah merah, panas, dan terasa sakit
e.       Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi.
f.       Infeksi Bakteri
g.      Demam, muntah dan nyeri berkemih.
h.      Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i.        Kram perut
j.        Merasa sangat letih atau napas terengah – engah
k.      Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung (Winkjosastro, 2008)

7.      MASALAH PADA MASA NIFAS
a.       After pain/ kram perut
Rasa nyeri/mules pada perut akibat kontraksi uterus yang terjadi setelah plasenta
b.      Nyeri perineum
Rasa nyeri pada perineum akibat trauma pada persalinan pervaginm atau karena adanya jahitan robekan perineum



c.       Gangguan BAB
Gangguan bAB dapat terjadi selama kehamilan mengalami hemoroid karena mengalami konstipasi dan pengeluran cairan saat persalinan terlalu banyak sehingga cairan dalam tubuh berkurang yang dapat menyebabkan kekurangan cairan/serat dalam proses pencernaan sehingga mengganggu proses BAB
d.      Nyeri pada payudara
Nyeri pada payudara disebabkan karena adanya pembesaran payudara akibat adanya produksi Asi dan disebabkan karena malas menyusui sehingga payudara terasa penuh dan tegang
e.       Gangguan BAK
Gangguan BAK dapat teratasi karena kepala bayi terlalu lama menekan PBP (pintu Bawah Panggul) kandung kemih dan adanya trauma jalan lahir

8.      KUNJUNGAN MASA NIFAS
a.      Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
-          Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-          Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk apabila perdarahan berlanjut.
-          Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-          Pemberian ASI awal.
-          Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
-          Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. 
-          Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2.
b.      Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
-          Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
-          Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
-          Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
-          Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
-          Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.
c.       Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
          ­    Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
d.      Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
-          Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
-          Memberikan konseling untuk KB secara dini. 
POHON MASALAH

MASA NIFAS
Partus SC
Partus Normal
Ibu nifas
Trauma jalan lahir
Proses persalinan
Produksi ASI lancar
Kepala terlalu lama berada di PAP
 






                                            

Terjadi proses involusi uterus
Menekan kandung kemih
Ibu malas menyususi
Cairan tubuh  banyak yang keluar
Jahitan pada robekan perineum
                                                       
                                          
Kontraksi uterus
Kekurangan cairan tubuh
Payudara penuh dan teganag
Trauma pada kandung kemih
Nyeri perineum
Asupan per oral/ makanan berserat tak terpenuhi
Nyeri pada payudara
Gangguan BAK
Adanya after pain / kram perut
Konstipasi dan gangguan BAB
Kebutuhan
1.      KIE tentang nutrisis dan cairan
2.      KIE tentang mobilisasi diri
3.      KIE tentang kebutuhan istirahat
4.      KIE tentang kebersihan diri dan perineum
5.      KIE tentang perawatan payudara
6.      KIE tentang senam nifas
 










               




INTERVENSI
Dx       : Ny............ P................. masa nifas.....jam/hari ke.............
Tujuan : ibu bisa menjalani masa nifas tanpa komplikasi
KH      : KU ibu baik
              Kesadaran Composmentis
  TTV : TD : 110/70 – 120/80 mmHg
              S   : 36,5- 37,5 x/menit
              N  : 80-100 x/menit
             RR : 16-24 x/menit
  TFU   : sesuai dengan lama nifas
  Lochea : sesuai dengan lama nifas
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
R: dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya dan terjalin kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan klien
2.      Lakukan Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
R : mencegah infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan
3.      Lakykan pemeriksaan pada ibu (TTV, konjungtiva, TFU, mamae, lochea, dan perineum)
R : dengan melakukan pemeriksaan dapat mengetahui kondisi klien pasca partum dan mendeteksi adanya kelainan yang menyertai masa nifas, serta dengan memberitahu hasil pemeriksaan
4.      Beritahu informasi tentang perubahan-perubahan yang dialami selama masa nifas
R : dengan memberi informasi, ibu lebih mengerti dan siap menghadapi perubahan yang akan dialaminya, sehingga dapat beradaptasi
5.      Berikan HE tentang personal higiene
R : dengan melakukan personal higiene dpat mencegah infeksi dan membuat pasien nyaman
6.      Berikan HE tentang gizi ibu nifas dan ibu meneteki
R : dengan makanan yang bergizi dapat membantu pemenuhan nutrisi ibu, mengembalikan stamina dan memperlancar proses laktasi
7.      Berikan motivasi untuk mobilisasi dini
R : dengan melakukan mobilisasi dini dapat membantu involusi uteri lebih cepat
8.      Motivasi ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
R : dengan menyusui bayinya, nutrisi bayi dapat terpenuhi dan proses involusi uterus dapat terjadi
9.      Ajari ibu menyusui yang benar
R : dengan menyusui bayinya dengan benar akan meningkatkan nutrisi yang dibutuhkan bayi dan dapat mencegah terjadinya bendungan ASI
10.  Pantau intake dan output
R : dengan melakukan pemantauan intake dan output dapat mendeteksi dini bila terjadi dehidrasi sehingga dapat segera di tangani
Masalah
A.    Nyeri Perineum
Tujuan      : nyeri perineum berkurang
KH           : KU baik
                   Kesedaran Composmentis
                   Keadaan emosional stabil
                   Suhu 36,5 – 37,5 C
                   Luka perineum kering
Intervensi
1.      Observasi TTV dan perhatikan keluhan pasien
R : dengan melakukan observasi dapat mendeteksi keadaan abnormal dan keluhan pasien
2.      Anjurkan penggunaan teknik pernafasaan dan relaksi
R : dengan merelaksasi otot dapat mengalihkan perhatian dan sensasi nyeri
3.      Lakukan inspeksi pada luka perineum
R : dengan melakukan inspeksi pada luka perineum dan mengatahui keadaan luka dan terjadinya komplikasi
4.      Ajari klien untuk melakukan perawatan luka perineum
R : perawatan luka perineum dapat mencegah resiko terjadinya infksi pada luka perineum

B.     After pain/kram perut
Tujuan      : ibu mengerti penyebab kram perut
KH           : KU ibu baik
                   Kesadaran Composmentis
                   Ibu tidak cemas
Intervensi
1.      Anjurkan ibu untuk berbaring tengkurap dengan perut diganjal bantal
R : dengan posisi tengkurap dan perut diganjal bantal maka akan terjadi penekanan pada perut sehingga dapat mengalihkan perhatian ibu
2.      Jelaskan pada ibu bahwa kram perut yang dialami adalah normal dan jelaskan penyebabnya
R : dengan memberikan penjelasan kepada ibu bahwa hal tersebut normal dan penyebabnya dapat mengurangi kecemasan dan ketakutan

C.     Gangguan BAB
Tujuan      : masalah gangguaan BAB teratasi
KH           : KU ibu baik
                   Kesadaran Composmentis
                   BAB lancar, tidak terjadi konstipasi

Intervensi
1.      Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini
R : mobilisasi dini dapat memperlancar peredaran darah dan perbaikan mobilitas usus
2.      Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang berserat dan bergizi tinggi
R : makanan berserat dapat melunakan konsistensi feses dan gizi tinggi untuk mempercepat penyembuhan luka

D.    Nyeri Payudara
Tujuan      : masalah nyeri pada payudara teratasi
KH           : KU ibu baik
                   Kesadaran Composmentis
  Ibu bisa menyusui dan payudara tidak nyeri dan bengkak
Intervensi
1.      Anjurkan ibu untuk mengompres payudara dengan kompres hangat
R : kompres hangat dapat mengurangi rasa nyeri dan melemaskan payudara
2.      Anjurkan pada ibu untuk mengurangi rasa nyeri
R : BH yang menyongkong dapat mengurangi rasa nyeri
3.      Anjrkan pada ibu untuk menyusui sesering mungkin tanpa jadwal dan saat menyusui sisi yang dihisap bayi harus sampai kosong
R : dengan menyusui dapat membantu pengosongan payudara

E.     Gangguan BAK
Tujuan      : masalah gangguan BAK teratasi
KH           : KU ibu baik
                   Kesadaran Composmentis
                   Kandung kemih kosong
                   Ibu bisa BAK dengan lancar
Intervensi
1.      Anjurkan ibu untuk tidak menahan kencing
R : dengan menahan kencing dapat menyebabkan kandung kemih penuh dan mengganggu kontraksi uterus
2.      Anjurkan ibu untuk menyalakan kran jika tidak bisa berkemih
R : dengan melakukan rangsangan menggunakan kran dapat merangsang ibu untuk berkemih
3.      Lakukan katerisasi jika ibu tidak bisa BAK spontan
R : dengan melakukan katerisasi dapat membantu ibu untuk mengosongkan kandung kemih



F.      Pendarahan nifas
Tujuan      : menghentikan terjadinya perdarahan yang abnormal pada saat nifas
KH           : KU ibu baik
                   TTV dalam batas normal
                   Pengeluaran lochea sesuai masa nifas
Intervensi
1.      Anjrkn ibu untuk melakukan masase uterus
R : uterus dapat berkontraksi dengan baik sehingga pendarahan dapat berhenti
2.      Anjurkan pada ibu untuk segera ke bidan jika keluar darah secara tiba-tiba dan banyak
R : untuk penangganan lebih dini jika terjadi keabnormalan pada ibu
3.      Lakukan tindakan yang tepat untuk menghentkan pendarahan sesuai penyebabnya
R : dengan tindakan yang cepat maka pendarahan dapat segera teratasi dengan sedikit resiko infeksi dan komplikasi lainnya

Kebutuhan
A.    KIE tentang kebutuhan dasar ibu nifas
Tujuan      : kebutuhan ibu nifas terpenuhi
KH           : KU ibu baik
                   Kebutuhan ibu nifas terpenuhi
                   Ibu dan bayi sehat
Intervensi
1.      Berikan penjelasan tentang kebutuhan dasar ibu nifas
R : ibu paham dan mengerti tentang kebutuhan dasar ibu nifas
2.      Berikan leaflet tentang kebutuhan dasar ibu nifas
R : dapat dipelajari dirumah
3.      Anjurkan ibu untuk tidak tarak
R : tarak dapat mengurangi asupan nutrisi ibu nifas

B.     KIE tentang perawatan payudara
Tujuan      : memperlancar pengeluaran ASI untuk memenuhi nutisi bayi
KH           : KU ibu baik
                   ASI lancar dan nutrisi bayi terpenuhi
                   Puting tidak lecet
Intervensi
1.      Berikan penjelasan tentang cara perawatan payudara
R : ibu paham dan mengerti tentang cara merawat payudara agar produksi ASI bisa lancar
2.      Berikan penyuluhan dengan leaflet tentang cara perawatan payudara
R : ibu dapat mempelajarinya dirumah bila penjelasan belum dimengerti

C.     KIE tentang personal higiene
Tujuan      : mencegah  terjadinya infeksi yang disebabkan oleh kuman
KH           : KU ibu baik
                   Lochea tidak berbau
Intervensi
1.      Berikan pendidikan pada ibu tentang personal hegiene
R : jika ibu mengerti tentang pentingnya pernonal hygiene maka ibu akan melaksanakannya
2.      Anjurkan pada iibu untuk membersihkan dan menyabun genetalianya setelah BAB/BAK
R : untuk mencegah terjadinya infeksi yang disebabkan oleh kuman
3.      Anjurkan ibu untuk ganti celana dalam minimal 2x/hari
R : untuk meminimalkan terjadinya infeksi karena kuman

D.    KIE tentang senam nifas
Tujuan      : mencegah terjadinya terjadinya infeksi yang disebabkan oleh kuman
KH           : KU ibu baik
                    alat kandungan ibu pulih seperti semula
Intervensi
1.      Beritahu penjelasan tentang cara senam nifas
R : ibu paha, dan mengerti tentang cara senam nifas
2.      Beritahu penyuluhan dengan leaflet tentang cara senam nifas
R : ibu dapat mempelajari di rumah bila penjelsan belum dimengrti


IMPLEMENTASI
Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien

EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil










DAFTAR PUSTAKA

 Anggraini, Yetti.2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka Rihama

Jannah, N. 2011.Asuhan Ibu nifas.Jakarta:AR-RUZZ MEDIA

Prawirohadjo, Sarwono.2001.Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakrta:YBP-SP

Suherni,dkk.2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : Fitramaya

Sunarsih, tri dan vivian Nanny Lia D. 2011.Asuhan  Kebidanan pada ibu Nifas.Jakarta: Salemba Medika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66