Rabu, 06 Mei 2015

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN KALA II




LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN KALA  II

1.      DEFINISI
-          Persalinan adalah serangakain kejadian yang berakhir dengan peneluaran bayi yang cukup bulan atau hampircukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh Ibu. (Obstetri Fisiologi, 221)
-          Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan yang dapat hidup di dunia luar darirahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.(Rustam, Mochtar, 1998)
-          Persalinan kala II adalah dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi.(Buku Acuan APN, Revisi 2007 hal 3 – 2).
-          Persalinan Kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.  (Obstetri Fisiologi UNPAD, hal 224)
-          Persalinan Kala II persalinan adalah keadaan Ibu berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya.
(Buku Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, hal : 3)

2.       FISIOLOGI
Tanda – tanda Kala II
-          Ibu merasa ada dorongan kuat dan menekan.
-          Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
-          Perinium tampak menonjol
-          Vulva dan spingter Ani membuka

3.       PERUBAHAN – PERUBAHAN PADA KALA II :
Ibu akan mengalami perubahan – perubahan pada tubuhnya, diantaranya :
a.       Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kehamilan, kenaikan sistolik rata – rata sebesar 10 – 20 mmHG, Diastolik 5 – 10 mmHg, tekanan darah turun di antara kontraksi. Hindari posisi terlentang, karena akan mengganggu sirkulasi darah dan janin dapat asfiksia.
b.      Perubahan Fisiologis
-          Metabolisme aerob atau anaerob karbohidrat akan naik.
-          Kenaikan ini disebabkan karena cemas serta kegiatan otot kerangka tubuh.
-          Kenaikan metabolisme ini ditandai dengan kenaikan suhu, denyut nadi, pernafsan, kardiak out put dan kehilangan cairan.
c.       Perubahan Suhu Badan
-          Suhu badan meningkat selama persalinan dan setelah melahirkan.
-          Kenaikan suhu tidak boleh melebihi 0,5 – 1 C.
-          Kenaikan suhu yang berlangsung lama diindikasikan adanya dehidrasi.
d.      Denyut Jantung
-          Denyut jantung naik saat kontraksi.
-          Penurunan denyut jantung tidak terjadi jika Ibu dalam posisi miring
-          Denyut jantung sedikit lebih tinggi di antara Kontraksi.
-          Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal, meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi adanya infeksi.
e.       Perubahan Pernafasan
-          Pernafasan terjadi kenaikan dibanding sebelum persalinan.
-          Kenaikan pernafasan disebabkan karena adanya rasa nyeri. Kekhawatiran serta penggunaan teknik pernafasan yang tidak benar.

f.       Perubahan Renal
-          Poly urine sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh kardial output yang meningkat dan Filtrasi glomerulus.
-          Kandung kencing harus sering dikontrol (2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urine setelah melahirkan
g.      Perubahan Gastrointestinal
-          Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan pada berkurang menyebkan pencernaan hampir terhenti selama persalinan sehingga menimbulkan konstipasi.
-          Ibu dianjurkan tidak makan atau minum terlalu banyak, tetapi makan atau minum semuanya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
h.      Perubahan Hematologis
-          Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr% selama persalinan dan kembali ke tingkat pra persalinan pada hari pertama setelah melahirkan.
-          Jumlah sel – sel darah putih meningkat secara progresif selama Kala I sebesar 5000 sampai dengan 15000 WBC sampai dengan akhir pembukaan lengkap.
-          Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun secara menyolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan lama.
i.        Kontraksi Uterus
-          Terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oxsitosin.
-          Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah.
-          Fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin ke bawah sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dari segmen atas rahim akhirnya menyebabkan serviks  menjadi lembek dan membuka.
j.        Pembentukan Segmen atas Rahim dan Segmen Bawah Rahim
-          Segmen atas rahim (SAR) terbentuk pada uterus  bagian atas dengan sifat otot yang lebih tebal dan kontraktif.
-          Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang.
-          Segmen atas rahim terbentuk dari fundus sampai istmus uteri.
-          Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara istmus dengan serviks.
-          Sifat otot yang tipis dan elastis.
-          Banyak terdapat otot yang melingkar dan memanjang.
k.      Penarikan Serviks
-          Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi Ostium uteri internum ditarik oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek.
-          Bentuk serviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan membentuk Ostium uteri eksterna sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit.
l.        Pembukaan OUI dan OUE
-          Pembukaan disebabkan oleh karena membesarnya OUE karena otot yang melingkar disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati kepala.
-          Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR tetapi juga karena tekanan isi uterus yaitu kepala dan kantong Amnion.
-          Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka terlebih dahulu baru OUE membuka pada saat persalinan terjadi pada multigravida OUI dan OUE membuka secara bersama – sama saat persalinan terjadi.


m.    Show
-          Pengeluaran dari vagina yang terdiri dari sedikit lendir yang bercampur darah.
-          Lendir berasal dari ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis servikalis sepanjang kehamilan.
-          Darah berasal dari desidua vena yang lepas.
n.      Tonjolan kantong ketuban
-          Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh adanya rangsangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selaput karlon yang menempel pada uterus.
-          Dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang berisi cairan yang menonjol ke OUI yang membuka.
-          Cairan tersebut terbagi 2 (dua) yaitu fase Uvater dan Hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar tidak terlepas seluruhnya.
-          Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan keluar sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu.

4.      MEKANISME PERSALINAN NORMAL
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau panggul pada saat melewati jalan lahir
a.       Masuknya kepala janin pada PAP
Pada primigavida masuknya kepala janin dimulai pada akhir kehamilan. Masuk periode inpartu dalam keadaan kepala engaged.(BDP). Pada nulipara, masuknya kepala janin pada pintu atas panggul terjadi pada awal persalinan. masuk periode inpartu dalam keadaan floating (melayang di atas PAP)
Engagement atau kepala sudah cakap apabila diameter terbesar bagian terendah janin telah melewati PAP.. Engagement kepala janin bergantian pada situasi :
Sinklitismus jika sutura sagitalis sejajar diameter transversal PAP, berada tepat antara simfisis pubis dan promontorium, tulang ubun-ubun depan dan belakang sama rendah.
Asinklitismus jika sutura sagitalis dalam keadaan kebelakang mendekati promontorium dan ke depan mendekati simfisis pubis. Terdapat 2 macam posisi asinklitismus.yaitu Asinklitismus Anterior (sutura sagitalis mendekati promontorium dan tulang ubun-ubun/parietal depan lebih rendah dari tulang ubun-ubun belakang) dan asinklitismus Posterior (Sutura sagitalis mendekati simfisis pubis, tulang ubun-ubun/parietal belakang lebih rendah lebih rendah dari tulang ubun-ubun depan.
b.      Turunnya kepala janin ke dasar panggul
Pada primipara, masuknya kepala janin ke dalam PAP terjadi sebelum persalinan, sedangkan turunnya kepala terjadi setelah itu, biasanya pada awal kala II. Pada nulipara, masuk dan turunnya kepala janin ke dalam panggul terjadi bersamaan
c.       Fleksi
Dengan turunnya kepala, fleksi kepala bertambah sehingga posisi ubun-ubun kecil (UUK) lebih rendah daripada ubun-ubun besar (UUB) sehingga diameter fronto oksipital (12 cm) sebagai ukuran terpanjang terbentang antara fronto diameter anteroposterior dan diameter sub oksipitobregmatika (9,5cm) yang lebih kecil yang akan melewati jalan lahir.
d.      Putaran Paksi Dalam
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir.
e.       Ekstensi / Defleksi kepala janin
Terjadi agar kepala dapat melewati PBP, sumbu jalan lahir arah anteroposterior
f.       Putaran paksi luar atau Restitusi
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutat ke arah punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum sepihak (di sisi kiri)
g.      Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

5.       ASUHAN PERSALINAN NORMAL
  1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
·         Ibu merasa ada dorongan kuat dan menaran
·         Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
·         Perineum tampak menonjol
·         Vulva dan sfinger ani membuka
  1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan mematalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tepmat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih kering, pengganjal bahu, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cmdari tubuh bayi
  2. Memakai barier protektif
  3. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisuue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
  4. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
  5. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
  6. Membersihkan vulva dan perineum menyekannya dengan hari-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
·         Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang
·         Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
·         Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
  1. Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
·         Bila selaput keuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lalukan amniotomi
  1. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelup tangan mencelup tangan yang masih memalkai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan setelah sarungtangan dilepaskan
  2. Pemeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus / saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100 – 180 x/menit)
  3. Beritahukan ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu dalam menentukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
·         Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran. Lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasi semua temuan yang ada
·         Jelaskan kepada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka mendukung dan memberi semnagat pada ibu untuk meneran secara benar
  1. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin menenran dan terjadi kontraksi yang kuatt bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi yang lain yang diinginkan dan pasrikan ibu merasa nyaman
  2. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ada dorongan kuat untuk menenran
·         Bimbing ibu agar dapat menenran secara benar dan efektif
·         Dukung dan beri semanagt pada saat menenran, dan perbaiki cara meneenran apabila caranya tidak sesuai
·         Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya ( kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
·         Anjurkan ibu berristirahat diantara kontraksi
·         Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
·         Berikan cukup asupan cairan per oral ( minum)
·         Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
·         Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 120 menit (2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) menneran (multigravida)
  1. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
  2. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
  3. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
  4. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan,
  5. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
  6. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cmmembuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala anjurkan ibu untuk menneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
  7. Periksa kemungkinanan adanya lilitantali pusat dan ambil tindakanan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan lanjutkan proses kelahiran bayi
·         Jika tali pusat melilit leher longar, lepaskan lewat bagaian atas kepala bayi
·         Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat didua tempat dan potong diantara dua klem tersebut
  1. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
  2. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
  3. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
  4. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
  5. Melakukan penilaian selintas :
(a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
(b) Apakah bayi bergerak aktif ?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
  1. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
  2. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
  3. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
  4. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
  5. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
  6. Potong dan ikat tali pusat Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepas klem dan masukan dalam wadah yang telah tersedia
  1. Letakkan  bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi leebih rendah dari puting ibu
  2. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
  3. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
  4. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
  5. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
  6. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
  7. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
  8. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
  9. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
  10. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.

  1. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
  2. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
  3. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
  4. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
  5. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
  6. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
  7. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
  8. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
  9. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
  10. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
  11. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
  12. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
  13. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
  14. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
  15. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
  16. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  17. Melengkapi partograf.






















POHON MASALAH
PERSALINAN NORMAL
KALA III
KALA II
KALA I
KALA IV
POWER
PASSENGER
Tenaga mengejan
HIS
Meneran yang salah
Reptur Perenium
Lemah, pendek, dan lebih jarang
Terlalu kuat dan sering
Inersia Uteri
Tetania Uteri
Janin
Tali Pusat
Letak
-  Lintang
-  Sungsang
-  oblique
Kepala tidak putar paksi kuat dan menyebabkan Distosia Bahu
Lilitan Tali pusat
Passage
Penolong
Psikologi
 

























Alat tidak steril
Reptur perineum
Dehidrasi
Panggul sempit
Perineum kaku
Persiapan persalinan
Suhu tubuh meninggi
Kebutuhan
-          Dukungan emosional
-          KIE cara meneran yang benar
MASALAH
Infeksi
Cemas
Tidak bisa lahir normal
 





















1

INTERVENSI
Dx       : G.....P..... minggu T/H/I letkep kesan jalan lahir normal KU ibu baik dan janin baik dengan inpartu kala II
Tujuan : ibu dapat melampaui kala II dengan lancar
KH      : pembukaan 10 cm
BBL dengan selamat
TTV baik
TD : 100/70 – 120/80 mmHg
S : 36,5 – 37,5 C
N : 80 -100 x/menit
KU bayi baik
Nilai lintas bayi menangis spontan
S : 36,5 – 37,5 C
N : 80 – 100 x/menit
RR : 20 – 40 x/menit
His delam keadaan adekuat
Ketuban jernih
Lama kala II
-          Primigravida : dipimpin meneran 2 jam, kalau tidak lahir rujuk
-          Multigravida : dipimpin meneran 1 jam, kalau tidak lahir rujuk

Intervensi
1.      Mendengar kenali tanda gejala kala II
R : dengan mengatahui tanda dan gejala kala II, bidan dan paseien dapat mempersiapkan persalinan lebih lanjut
2.      Pastikan kelengkapan peralatan persalinan
R : peralatan yang digunakan harus dalam keadaan siap pakai untuk pertolongan persalinan
3.      Pakai barier protektif
R : barier protektif merupakan perlindungan untuk bidan dalam pertolongan persalinan
4.      Cuci tangan
R : cuci tangan mengurangi resiko tinggi infeksi
5.      Pakai sarung tangan
R : penggunaan sarung tangan menghindari terjadinya infeksi
6.      Siapkan oksitosin 10 unit
R : kandung kencing yang penuh akan menghalangi kelancaran persalinan
7.      Lakukan vulva hygiene
R : vulva higiene dilakukan guna mencegah terjadinya penularan penyakit dari jalan lahir ibu kerika melakukan periksa dalam
8.      Lakukan VT
R : VT dilakukan untuk mengetahui kemajuan persalinan
9.      Dekontaminasi sarung tangan
R : dekontaminasi sarung tangan menggunakan larutan klorin 0,5 %
10.  Pantau DJJ
R : untuk mengatahui kondisi janin
11.  Beritahui ibu dan keluarga tentang kemajuan persalinan
R : ibu dan keluarga tidak cema dan khawatir lagi dengan keadaan janin yang dikandung
12.  Anjurkan keluarga membantu ibu memilih posisi yang nyaman
R : posisi meneran yang baik yaitu setengah duduk guna mengurangi rasa nyeri saat persalinan
13.  Bimbing ibu meneran saat ada kontraksi
R : dengan bimbingan selama persalinan dapat mempercepat persalinan
14.  Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok
R : dengan jalan jongkok dapat mempercepat kemajuan persalinan
15.  Letakkan handuk di atas perut ibu
R : manffat handuk untuk mengeringkan bayi
16.  Letakkan underpet
R : Pengguanaan underpet untuk mengalasi cairan tubuh
17.  Pastikan kembali kelengkapan peralatan persalinan
R : kelengkapan peralatan sangat menentukan keberhasilan persalinan
18.  Pakai sarung tangan steril
R : untuk pertolongan persalinan
19.  Menolong kelahiran kepala
R : mengeluarkan bayi dengan hand manuver untuk mencegah laserasi perineum yang terlalu lebar
20.  Periksa tali pusat
R : mengatahui adanya lilitan tali pusat atau tidak
21.  Tunggu kepala bayi putar paksi luar
R : putar paksi luar memudahkan penolong melahirkan bahu dan seluruh anggota badan bayi
22.  Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
R : melahirkan bahu dan anggota bayi dikategorikan fase cepat dan ditolong dengan teknik hand manuver
23.  Selipkan satu tangan anda kebahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga dan selipkan satu tangaan lainnya kepunggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
R : guna mencegah terjatuh dan mengurangi resiko trauma pada janin dan ibu
24.  Lakukan sangga susur
R : sangga susur dilakukan untuk melahirkan mulai dari punggung, bokong tungkai samapai kaki

Masalah
A.    Ruptur perineum
Tujuan      : mencegah terjadinya ruptur perineum pada derajat II dan IV
KH           : KU ibu baik
                   Ibu rileks
                   Perineum tidak kaku
                   Bayi lahir dengan selamat
Intervensi
1.      Lakukan episiotomi mediolateral secukupnya
R : kepalaa bayi bisa lahir dengan segera dan bisa mencegah terjadinya asfiksia
2.      Lakukan penahanan perineum dengan jari-jari tangan yang dilapisi dengan kain steril/ duk steril
R : hal tersebut dapat mencegah ruptur perineum








B.     Inersia uteri
Tujuan      : agar uteus berkontraksi dengan baik sehingga tidak terjadi insersia uteri
KH           :  KU ibu baik
                    His 4-5 x dalam 10 menit
                    Bayi lahir dengan selamat
Intervensi
1.      Rangsang kontraksi uterus dengan melakukan rangsangan putting susu
R : rangsangan putting susu dapat merangsang kontraksi uterus sehingga memperlancar proses kelahiran janin dan plasenta
2.      Lakukan massase fundus uteri
R : massase fundus uteri dapat membantu merangsang kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan

C.     Tetania uteri
Tujuan      : mencegah terjadinya ruptur pada uterus
KH           : KU ibu baik
                   Lingkaran bandl tidak ada
                   Bayi lahir dengan selamat
Intervensi
1.      Awasi adanya lingkaran dandl dan persiapan untuk segera dirujuk setelah dilakuakn redirasi
R : mencegah terjadinya kekurangan cairan pada ibu dan penangan segera pada ibu
2.      Posisikan ibu miring ke kiri
R : memberi suasana relaks bagi ibu dan dapat mencegah terjadinya laserasi

D.    Distosia bahu
Tujuan      : bayi dapat lahir secara keseluruhan
KH           : KU ibu baik
                   Bayi lahir dengan selamat
                   Bayi tidak mengalami kerusakan pleksus syaraf brakhialis
Intervensi
1.      Lakukan episiotomi secukupnnya
R : bayi bisa segera lahir dan mengurangi cidera yang lebih parah pada ibu dan bayi
2.      Lakukan manuver Mac Robert
R : manuver Mac Robert dapat membantu melahirkan bahu

E.     Lilitan tali pusat
Tujuan      : tidak terjadi asfiksai pada bayi setelah kelahiran kepala
KH           : Bayi lahir dengan selamat
                   Bay tidak mengalami asfiksia
Intervensi
1.      Dengan dua jari tali pusat dilonggarkan dikeluarkan melalui kepala dan bahu
R: bayi tidak kehabisan oksigen dan bisa segera bernafas
2.      Apabila tali pusat terlalu erat maka segera klem tali pusat dengan 2 klem dan segera potong tali pusat diantara kedua klem tersebut
R : bayi tidak terjadi asfeksia dan segara bernafas dengan lancar




F.      Infeksi
Tujuan      : ibu dan bayi terhindar dari infeksi secara langsung maupun tidak langsung
KH           : bayi terhindar dari infeksi
                   Bayi lahir dengan sehat dan selamat
                   Ibu terhindar dari infeksi dan keadaan ibu baik
Intervensi
1.      Cuci tangan sebelum dan sesudah melakuakn tindakan
R : mencegah terjadinya infeksi silang
2.      Pastikan semua peralatan yang akan digunakan untuk menolong persalinan semua steril
R : mencegah infeksi yang disebabkan oleh alat
G.    Cemas
Tujuan      : mengurangi kecemasan atau ketakutan yang dialami ibu
KH           : ibu bisa melaui kala II dengan lancar
  bayi bisa lahir dengan sehat dan selamat
Intervensi
1.      Beri dukungan mental dan pujian ibu setelah melakukan meneran
R : memberi pelajran kepada ibu tentang proses dan kemajuan persalinan dan juga penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
2.      Ppemberian keleluasan kepada ibu selama persalinan untuk mengeluarkan suara/ berteriak/ menagis
R : hal tersebut dapat mengurangi rasa cemas yang dialami ibu

Kebutuhan
A.    Kehadiran pendamping secara terus menerus
Tujuan      : diharapkan pada saat persalinan ibu dan pendamping
KH           : persalinan tanpa di akhiri dengan tindakan
                   Waktu yang diperlukan untuk persalinan pendek
                   Kepuasan ibu semakin meningkat dalam pengalaman kelahiran
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terpeutik pada ibu
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      Anjurkan salah satu keluarga khususnya suami untuk mendampingi ibu saat persalinan
R : sebagai motivasi dalam persalinan

B.     Mengurangi rasa sakit
Tujuan      : dengan dilakukan asuhan kebidanan diharapkan rasa sakit berkurang
KH           : rasa sakit ibu saat persalinan berkurang
                   Persalinan berjalan lancar
Intervensi
1.      Lakukan pendekatan terauetik pada ibu
R : menjalin kerjasama dan hubungan terhadap tindakan yang akan dilakukan
2.      anjurkan keluarga pendampingan memijat daerah punggung ibu
R : untuk mengurangi rasa nyeri pada saat kontraksi

IMPLEMENTASI
Tindakan dari intervensi sesuai kebutuhan klien

EVALUASI
Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil
DAFTAR PUSTAKA


Manuaba, 1998, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta

DepKes RI, 2008, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta

Depkes RI Dirjen Binkesmas 2009, Pedoman Pelayanan Kebidanan Dasar, Dirjen Binkesmas, Jakarta

Prawiro, Sarwono, 1999, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, PT Gramedia, Jakarta

Universitas Padjadjaran, 1993, Obstetri Fisiolog, Bandung.

Fitramaya, 2008, Ibu Bersalin, Yogyakarta.
































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66