Jumat, 08 Mei 2015

Penyakit yang menyertai kehamilan




PENYAKIT YANG MENYERTAI KEHAMILAN

A.    KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG
Kehamilan yang disertai penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan memberatkan penyakit jantung dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kelamin, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya kehamilan sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah dan terjadi perubahan dari kerja jantung karena pengaruh peningkatan hormon tubuh saat hamil, terjadi hemodilusi darah dengan puncaknya pada usia kehamilan 28 sampai 32 minggu, kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim, kembalinya darah segera setelah plasenta lahir karena kontraksi rahim dan terhentinya perdarahan darah plasenta. Saat postpartum sering terjadi infeksi.
Pada kehamilan dengan penyakit jantung, secara klinis dibagi menjadi empat stadium, klas I, II, II, dan IV
·         Klas I
-          Tanpa gejala pada kegiatan biasa.
-          Tanpa batas gerak.                     
·         Klas II       
-          Waktu istirahat tidak terdapat gejala.
-          Gerak fisik terbatas.
-          Gejala payah jantung dalam bentuk cepat lebih, palpitasi, sesak nafas ; dapat nyeri dada ; edema tungkai / tangan.
·         KALA III
-          Gerakan sangat terbatas karena gerak yang minimal saja telah menimbulkan gejala payah jantung.
·         KALA IV  
-          Dalam keadaan istirahat sudah terjadi gejala payah jantung.
Penyakit jantung yang bersamaan dengan kehamilan mungkin dijumpai secara kebetulan. Keluhan utama yang dikemukakan meliputi cepat merasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak nafas disertai sianosis (kebiruan), edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda, dan mengeluh tentang bertambah besarnya rahim yang tidak sesuai.
B.     PENYULIT KEHAMILAN
Pada kehamilan terdapat peningkatan denyut jantung ibu untuk mengimbangi pertumbuhan  dan perkembangan janin dalam rahim sekitar 10 denyut setiap menit sehingga selama hamil akan terjadi peningkatan sebanyak 41.172.000 denyutan. Bagi jantung yang normal, peningkatan tersebut dapat diimbangi sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Pada penyakit jantung yang disertai kehamilan, pertambahan denyut jantung dapat menguras cadangan kekuatan jantung sehingga terjadi keadaan payah jantung. Puncak keadaan payah jantung itu akan dijumpai pada waktu :
a.       Puncak hemdilusi darah pada usia kehamilan minggu 28 sampai 32.
b.      Pada saat in partu
c.       Pada saat plasenta lahir, darah kembali ke peredaran darah umum dalam jumlah besar untuk membentuk ASI.
d.      Saat laktasi karena kekuatan jantung diperlukan untuk membentuk ASI.
e.       Terjadinya peredaran postpartum, sehingga diperlukan kekuatan ekstra jantung untuk dapat melakukan kompensasi.
f.       Mudah terjadi infeksi postpartum, yang memerlukan kerja tambahan jantung.
Penyakit jantung dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk dapat terjadi keguguran, persalinan prematuritas atau berat lahir rendah, kematian perinatal yang makin meningkat dan pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau fisik.
Dalam perkembangan pertolongan persalinan, kehamilan dengan penyakit jantung klas I dan II masih dapat diperkenankan untuk persalinan pervaginam. Bila bidan mencurigai terjadinya penyakit jantung pada kehamilan sebaiknya melakukan rujukan atau konsultasi dengan dokter. Pertolongan persalinan disertai penyakit jantung dengan risiko tinggi sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.
Dalam pembatasan kehamilan dan kelahiran, penderita penyakit jantung sebaiknya mempergunakan kontap. Pemakaian metode lainnya selalu memberikan gangguan terhadap kerja jantung.

C.     KEHAMILAN DENGAN HIPERTENSI
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nifas. Hipertensi uang muncul pada saat kehamilan adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil, dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Golongan penyakit ini ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan terkadang disertai proteinuria, edema, konvulasi, koma, atau gejala-gejala yang lain. American Committee and Maternal Welfare mengklasifikasikan hipertensi ke dalam beberapa tingkatan berikut
a.       Hipertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk kehamilan yaitu preeklamsi dan eklasmi. Diagnosis dibuat atas dasar hipertensi dengan proteinuria atau edema atau kedua-duanya pada ibu hamil setelah minggu ke-20.
b.      Hipertensi yang kronis. Diagnosis dibuat karena adanya hipertensi sebelum kehamilan atau penemuan hipertensi sebelum minggu ke-20 dari kehamilan dan hipertensi ini tetap sampai kehamilan berakhir.
c.       Pre-eklamsi dan eklamsi yang terjadi atas dasar hipertensi yang keronis. Ibu dengan hipertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dengan kehamilan, dengan gejala-gejala hipertensi naik, proteinuria, edema, dan kelainan retina.
d.      Transient hipertension. Diagnosis dibuat jika hipertensi timbul dalam kehamilan atau dalam 24 jam pertama dari nifas pada ibu yang tadinya normotensif dan yng hilang dalam 10 hari postpartum.

D.    KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT PARU
Pada persalinan kala II, diafragma dan paru-paru dapat membantu mempercepat persalinan dengan jalan mengejan dan menahan nafas. Dengan demikian penyakit paru-paru perlu mendapat perhatian karena selama hamil paru-paru penting untuk pertumbuhan dan perkembangan janin melaluipertukaran CO2 dan O2. Gangguan fungsi paru-paru yang berat sebagai perubahan janin sampai dengan keguguran.
Beberapa penyakit paru-paru yang penting adalah tuberkulosis paru, asma bronkial, pneumonia, bronkitis, dan influenza.
·         Tuberkulosis
Penyakit ini masih banyak  di jumpai termasuk pada sekitar 0,5% sampai 1% wanita hamil. Penyakit yang tenang tidak akan membahayakan kelangsungan kehamilan sampai aterm dan persalinan. Penyakit yang aktif memerlukan pengobatan yang tepat dan pengawasan yang kebuh efektif sehingga dapat mengurangi bahay terhadap kehamilan dan bayi saat menyusui. Gejala penyaklit paru-paru sebagian besar adalah batuk menahun dan bercampur darah.
Sikap bidan dalam menghadapi kehamilan dengan batuk menahun adalah melakukan konsultasi ke dokter untuk memastikan penyakitnya. Pada penyakit tuberkulosis yang tenang bidan dapat melanjutkan pengawasan hamil sampai persalinan setempat.  Pertolongan persalinan dapat dibantu mempercepat kelahiran dengan tindakan operasi pervaginam atau seksio sesaria. Oleh karena itu bidan yang menghadapi penyakit tuberkulosis aktif dengan kehamilan sebaiknya merujuk penderita ke tempat yang memiliki fasilitas cukup. Ibu pengidap tuberkulosis aktif tidak dibenarkan untuk memberikan ASI karena dapat menularkan pada bayi. Bayi perlu dikonsultasikan ke dokter anak untuk mendapatkan pengawasan dan vaksinasi BCG.
·         Asma
Penyakit asma dan kehamilan kadang-kadang bertambah berat atau malah berkurang. Dalam batas yang wajar, penyakit asma tidak banyak mempengaruhi kehamilan. Penyakit asma yang berat dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim melalui gangguan tukaran O2 dan CO2.  Pengawasan hamil dan pertolongan persalinan berlangsung biasa, kecuali terdapat indikasi pertolongan persalinan dengan tindakan operasi. Bila bidan berhadapan dengan kehamilan disertai atau sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sehingga dapat melakukan pengawasan bersama.

·         Pneumonia
Penyakit radang paru-paru (pnuemonia) dapat terjadi saat hamil, persalinan atau kala nifas. Penyakit pneumonia yang terjadi saat persalinan perlu pertolongan yang tepat dengan mempercepat persalinan kala II. Keadaan ini sering dijumpai pada persalinan terlantar sehingga sangat membahayakan jiwa janin maupun ibunya. Dalam menghadapi keadaan penyakit pneumonia pada saat persalinan, bidan sebaiknya merujuk penderita sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan tepat di tempat dengan fasilitas yang cukup. Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan, pneumonia pada kehamilan makin jarang dijumpai.
·         Bronkitis dan Influenza
Bronkitis dan influenza pada kehamilan dijumpai ringan sehingga tidak membahayakan jiwa ibu maupun janin. Dengan pengobatan biasa sebagian besar sembuh sehingga kehamilan dapat berlangsung dengan baik.


E.     KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT INFEKSI
Kehamilan sering terjadi bersamaan dengan infeksi yang dapat memengaruhi kehamilan atau sebaliknya memeberatkan infeksi. Di samping itu, terdapat beberapa infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital sehingga kombinasi tersebut memerlukan pengobatan yang intensif dan melakukan gugur kandung. Untuk kepentingan pendidikan bidan dan tugas bidan tengah masyarakat tidak semua infeksi akan dibicarakan dan terbalik antara infeksi dan kehamilan.
a.       Infeksi Variola pada Kehamilan
Penyakit cacar telah sirna di seluruh dunia sehingga akan dijumpai cacar dalam kehamilan.
b.      Infeksi Rabeola pada Kehamilan
Penyakit ini sebagian besar terjadi pada masa anak-anak. Penyakit rabeola pada kehamilan dapat menimbulkan keguguran, persalinan prematur bahkan mungkin cacat bawaan. Penyakit ini bukanlah merupakan petunjuk untuk melakukan pengguguran.
c.       Infeksi Sifilis pada Kehamilan
Penyebab penyakit ini adalah  Treponema pallidum yng dapat menembus plasenta setelah usia kehamilan 16 minggu. Oleh karena itu, ada baiknya melakukan pemeriksaan serologis sebelum hamil sehingga pengobatan dapat diterapkan sampai sembuh.
Diagnosis penyakit ini terlalu sukar karena penyakit ini terdapat pada daerah genetalia, mulut, atau di tempat lainnya. Pengaruhnya terhadap kehamilan dapat dalam bentuk persalinan prematuritas atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentuk plak kongenital (pemfigus sifilitus, deskuamasi kulit telapak tangan dan kaki, terdapat kelainan pada mulut dan gigi). Pengobatannya mudah dan sebaiknya pasangannya juga diberikan.



d.      Infeksi Gonore pada Kehamilan
Penyebab infeksi gonore adalah Neisseria gonorrhoea yang dapat menimbulkan infeksi akut atau menahun. Penyakit akut dapat menimbulkan gejala klinis infeksi saluran kemih luar, nyeri saat miksi, infeksi mulut rahim, perlukaan sekitar alat genetalia bagian luar, keputihan yang berwarna seperti nanah, encer dengan jumlah yang banyak, kadang-kadang terjadi infeksi pada kelenjar Bartholini dalam bentuk abses yang memerlukan pengobatan segera.
Penyakit yang kesembuhannya terganggu dapat menimbulkan infeksi menahun dengan gejala klinis :
·         Infeksi lapisan dalam rahim
·         Infeksi saluran indung telur
·         Infeksi genetalia dalam bagian bawah
·         Penyakit ini berakhir dengan perlekatan sehingga dapat terjadi kemandulan primer atau sekunder.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66