Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Pengertian
AKDR adalah Suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan
reversibel yang terbuat dari plaslik atau logam kecil yang dimasukan dalam
uterus melalui kanalis servikalis (WHO, 2007).
AKDR merupakan suatu alat kontrasepsi yang dimasukan dalam rahim
terbuat dari bahan polyethylene dilengkapi dengan benang nylon sehingga mudah
dikeluarkan dari dalam rahim (BKKBN, 2005).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim yang terbuat
dari plastik (polyethyline) (BKKBN, 2006).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethyline), ada yeng dililiti
tembaga (Cu), ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak
(Ag), selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesteron (Suratun,
2008).
b.
Mekanisme kerja AKDR
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui. Ada
beberapa mekanisme kerja AKDR yang meliputi:
1)
Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik di
dalam cavum uteri sehingga implantasi sel telur yang telah dibuahi
terganggu.
2)
Produksi lokal prostaglandin yang meninggi yang
menyebabkan terhambatnya impantasi.
3) Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
4) Pergerakan ovum yang bertambah cepat di
dalam tuba fallopii.
5) Immobilisasi
spermatozoa saat melewati
cavum uteri.
6) AKDR juga mencegah spermatozoa membuahi sel
telur (mencegah fertilisasi) (Hartanto, 2004).
c.
Macam-macam AKDR
Menurut (Hartanto 2004), AKDR digolongkan
menjadi 2 yaitu Un-Medicated AKDR dan Medicated AKDR.
1) Un-Medicated AKDR (AKDR yang
tidak mengandung obat)
Lippes Loop diperkenalkan pada
awal 1960 an, dan dianggap sebagai AKDR
standard, terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara
biologik). Ada empat macam AKDR Lippes
Loop yaitu:
a) Lippes Loop A: panjang 26,2 mm, lebar 22,2
mm, benang biru.
b) Lippes Loop B : panjang 25,2 mm, lebar
27,4 mm benang hitam.
c) Lippes Loop C : panjang 27,5 mm, lebar
30,0 mm benang kuning.
d) Lippes Loop D : panjang 27,5 mm, lebar
30,0 mm benang putih.
Lippes Loop dapat dibiarkan
in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan atau persoalan bagi akseptornya.
Gambar 1. Lippes Loop A
(Kiri), Lippes Loop D (Kanan)
2) Medicated AKDR (AKDR yang mengandung obat)
Termasuk jenis ini antara lain copper AKDR dan AKDR yang mengandung hormon.
a) Copper AKDR
(1) Cu T- 200 B : Panjang 36 mm, lebar 32 mm,
mengandung 200 mm² Cu, ujung bagian bawah batang AKDR berbentuk bola. Daya kerja : 3 tahun.
Gambar 2. Cu T- 200 B
(2) ML Cu 250 : luas permukaan kawat Cu 220 mm², benang ekor
2 lembar berwarna hitam atau tidak
berwarna. Daya kerja : 3
tahun. Ada tiga bentuk ML Cu -250 : standard , short, mini.
Gambar 3. ML Cu 250
(3) ML Cu 375
: 375 mm² luas permukaan kawat Cu, benang ekor 2 lembar, berwarna hitam
atau tidak berwarna. Daya
kerja : 5 tahun. Ada tiga bentuk ML Cu 375
: standard, short, SL.
Gambar 4. ML Cu 375
(4) Cu
T-380 A = Para Gard : Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm² kawat Cu pada batang
vertikal, 2 selubung Cu seluas masing-masing 33 mm² pada masing-masing lengan horisontal.
Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10 tahun
).
Gambar 5. Cu T- 380A
(5) Nova T = Novagard: Panjang 32 mm, lebar 32
mm, 200 mm² luas permukaan Cu dengan inti Ag di dalam kawat Cu- nya. Daya kerja
: 5 tahun.
Gambar 6. Nova T
b) AKDR yang mengandung hormon
AKDR
yang mengandung hormon yaitu
progestasert-T = Alza T, yang memiliki panjang 36 mm, lebar 32 mm, dengan 2
lembar benang ekor warna hitam. Progestasert-T = Alza T mengandung 38 mg
progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg progesterone per hari. Daya
kerja : 18 bulan (Hartanto,
2004).
Gambar 7. Progestasert-T = Alza T
d.
Efektifitas AKDR
Efektifitas tinggi walau masih terjadi 1- 3 kehamilan
per 100 wanita pertahun untuk AKDR umumnya, sedang untuk Lippes Loop
2 kehamilan pertahun. Untuk second generation Cu AKDR < 1 kehamilan per 100 wanita per tahun dan 1,4 kehamilan
per 100 wanita setelah 6 tahun pemakaian (Hartanto, 2004). Untuk AKDR yang berlapis tembaga sebaiknya
diganti setelah kurang lebih 4 tahun dipakai, karena makin lama efektifitasnya makin menurun (BKKBN, 2006).
e.
Indikasi
Indikasi pemasangan AKDR:
1)
Usia reproduktif.
2) Pernah melahirkan dan
mempunyai anak, serta ukuran rahim tidak kurang dari 5 cm.
3) Menginginkan menggunakan
kontrasepsi jangka panjang.
4) Menyusui yang menginginkan
menggunakan kontrasepsi.
5) Setelah mengalami abortus dan
tidak terlihat adanya infeksi.
6) Resiko rendah dari IMS.
7) Tidak menghendaki metode
hormonal.
8) Tidak ada kontraindikasi (Saifuddin, 2006).
AKDR dapat digunakan
pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya :
1) Perokok
2) Setelah keguguran atau kegagalan kehamilan
apabila tidak terlihat adanya infeksi
3) Sedang memakai antibiotik atau antikejang
4) Gemuk ataupun yang kurus
5) Sedang menyusui (Saifuddin, 2006).
f. Kontraindikasi
Kontra indikasi pemasangan AKDR:
1)
Kehamilan.
2)
Penyakit
inflamasi pelvic (PID/ Pelvic Inflammatory Disease).
3)
Karcinoma
servik atau uterus.
4)
Riwayat
atau keberadaan penyakit katup jantung karena penyakit ini rentan terhadap
endometritis bacterial.
5)
Keberadaan
miomata, malformasi conginental, atau anomaly perkembangan yang dapat
mempengaruhi rongga uterus.
6)
Diketahui
atau dicurigai alergi terhadap tembaga atau penyakit Wilson (penyakit genetik
diturunkan yang mempengaruhi metabolisme tembaga sehingga mengakibatakan
penumpukan tembaga di berbagai organ dalam tubuh).
7)
Ukuran
uterus dengan alat periksa (sonde) berada diluar batas yang ditetapkan pada
petunjuk terbaru tentang memasukkan AKDR,
uterus harus terekam pada kedalaman 6- 9 cm pada paragard dan mirena.
8)
Resiko
tinggi penyakit menular sexual (pasangan sexual yang berganti-ganti).
9)
Riwayat
kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah kehamilan ektopik,
merupakan kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.
10) Servikitis atau vasginitis akut (sampai
diagnosis ditegakkan dan berhasil diobati) .
11) Peningkatan kerentanan terhadap infeksi
(seperti pada terapi kostikostiroid kronis, diabetes, HIV/AIDS, leukimia dan
penyalah gunaan obat-obatan IV.
12) Penyakit hati akut, meliputi hepatitis
virus aktif atau tumor hati merupakan
kontraindikasi hanya pada pengguna AKDR
hormonal.
13) Diketahui atau dicurigai terkena carsinoma
payudara merupakan kontra indikasi hanya pada pengguna AKDR hormonal.
14) Trombosis vena dalam / embolisme paru yang
terjadi baru-baru ini merupakan kontra indikasi hanya pada penggunaan AKDR
hormonal.
15) Sakit kepala migren dengan gejala
neurologis fokal merupakan kontra indikasi hanya pada penggunaan AKDR hormonal (Varney, 2004).
g.
Efek samping dan komplikasi
Efek
samping dan komplikasi menurut Varney (2004) yaitu :
1) Bercak darah dan kram abdomen sesaat
setelah pemasangan AKDR
2) Kram, nyeri punggung bagian bawah, atau
kedua keadaan tersebut terjadi bersamaan selama beberapa hari setelah
pemasangan AKDR.
3) Nyeri berat yang berlanjut akibat kram
perut.
4) Disminorhoe, terutama yang terjadi selama
1-3 bulan pertama setelah pemasangan AKDR.
5) Perubahan / gangguan menstruasi
(menorragia, metroragia, amenoroe, oligomenorea).
6) Perdarahan berat atau berkepanjangan.
7) Anemia.
8) Benang AKDR hilang, terlalu panjang, terlalu pendek.
9) AKDR tertanam dalam endometrium atau
miometrium.
10) AKDR terlepas spontan.
11) Kehamilan, baik AKDR masih tertanam dalam endometrium atau setelah AKDR terlepas spontan tanpa diketahui.
12) Kehamilan ektopik.
13) Aborsi sespsis spontan
14) Perforasi servik atau uterus.
15) Kista ovarium hanya pada pengguna AKDR hormonal.
h.
Keuntungan dan Kerugian
1) Keuntungan
a) AKDR yang mengandung Cu
(1) Ekspulsi lebih jarang.
(2) Kehilangan
darah haid lebih sedikit, dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya
anak atau wanita dengan paritas rendah.
(3) Ukuran
tabung inserter lebih kecil.
b) AKDR yang mengandung hormonal dapat
mengurangi volume darah haid (dapat sampai dibawah tingkat pra–insersi) (Hartanto,
2004).
c) Wanita yang menggunakan AKDR tidak memikirkan persiapan
kontrasepsi tiap hari atau setiap bulan (Varney, 2004).
2) Kerugian
a) Tidak ada alat kontrasepsi AKDR yang memberi perlindungan
terhadap HIV atau penyakit menular sexual (Varney, 2004).
b) AKDR yang mengandung Cu
perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun.
c) AKDR yang mengandung hormonal
(1) Jauh
lebih mahal dari pada Cu AKDR.
(2) Harus di ganti setelah 18 bulan.
(3) Sering menimbulkan perdarahan
mid-siklus dan perdarahan bercak/ spotting
(4) Insidens kehamilan ektopik lebih
tinggi (Hartanto, 2004).
i. Waktu yang tepat untuk pemasangan AKDR
1) Setiap waktu dalam siklus haid, yang
dipastikan klien tidak hamil
2) Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
3) Segera setelah melahirkan, selama 48 jam
pertama atau setelah 4 minggu setelah persalinan, setelah 6 bulan apabila
menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
4) Setelah abortus/ keguguran (segera atau
dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
5) Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama
yang tidak dilindungi (Saifuddin, 2006).
j. Jadwal kontrol ulang
Pengawasan
ginekologi terhadap akseptor AKDR dilakukan
satu minggu setelah pemasangan, satu bulan setelah pemasangan, kemudian setiap tiga
bulan sekali (Wiknjosastro, 2006). Wanita dianjurkan untuk kembali kapan saja bila
ingin mendiskusikan tentang efek samping atau masalah lainnya atau jika wanita
tersebut ingin ingin metode kontrasepsi.
Pada pengguna AKDR sangat tinggi
kemungkinan untuk terjadinya ekspulsi (lepas), jadi diperlukan frekwensi kunjungan
ulang yang lebih banyak (Varney, 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar