Rabu, 05 April 2017

Kontrasepsi Mantap

Alat kontrasepsi mantap
a.   Pengertian Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap (kontap) adalah suatu tindakan untuk membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas; yang dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami  isteri atas permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela (Zietraelmart, 2010).
b.   Jenis- jenis kontrasepsi mantap
1)    Tubektomi
a)    Pengertian
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan (Saiffudin,2006; h. MK-81).
Tubektomi adalah tindakan oklusi/pengambilan sebagian saluran telur wanita untuk mencegah proses fertilisasi (Saifuddin, 2007; h.486).
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang menyebabkan wanita bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi (Mansjoer, 2001; h. 369).
b)    Jenis – Jenis Tubektomi
Menurut Hartanto (2004;h. 243) jenis-jenis tubektomi antara lain:
(1)  Laparotomi
(2)  Minilaparotomi  = Mini-lap
Sub-umbilikal/infra-umbilikal: post-partum
Supra pubis/Mini-Pfannenstiel: post-abortus, interval
(3)  Laparoskopi
c)    Manfaat Kontrasepsi
Menurut Saifuddin (2003; h. MK-79) manfaat kontrasepsi tubektomi sebagai berikut :
(1)  Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan).
(2)  Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
(3)  Tidak bergantung pada faktor senggama
(4)  Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang serius
(5)  Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anestesi lokal
(6)  Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(7)  Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi hormon ovarium).
d)    Manfaat Nonkontrasepsi
Menurut Saifuddin (2003;h.MK-79) adalah berkurangnya resiko kanker ovarium
e)    Keterbatasan
Keterbatasan tubektomi menurut Saifuddin (2003;h. MK-79) adalah :
(1)  Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan lagi), kecuali dengan operasi rekanalisasi.
(2)  Klien dapat menyesal dikemudian hari.
(3)  Resiko komplikasi kecil ( meningkat apabila digunakan anestesi umum).
(4)  Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan.
(5)  Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis ginekology atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi)
(6)  Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS.
f)     Indikasi
Yang dapat menjalani tubektomi menurut Saifuddin (2003;h. MK-82) antara lain :
(1)  Usia lebih dari 26 tahun
(2)  Paritas lebih dari dua
(3)  Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya.
(4)  Pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius.
(5)  Pascapersalinan.
(6)  Pascakeguguran.
(7)  Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
Menurut seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta  (18-19 Desember 1972) dalam Wiknjosastro (2007; h.565), sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarat-syarat berikut :
(1)  Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
(2)  Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
(3)  Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Sedangkan pada konferensi khusus perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia di Medan (3-5 Juni 1976) dalam Wiknjosastro (2007; h.565 ) dianjurkan pada umur antara 25-40 tahun, dengan jumlah anak sebagai berikut :
(1)  Umur antara 25-30 tahun dengan 3 anak atau lebih
(2)  Umur antara 30-35 tahun dengan 2 anak atau lebih
(3)  Umur antara 35-40 tahun dengan 1 anak atau lebih
g)    Kotraindikasi
Menurut Saifuddin (2006;h. MK-83) yang tidak boleh melakukan tubektomi antara lain :
(1)  Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
(2)  Perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga harus  dievaluasi).
(3)  Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga masalah itu disembuhkan atau dikontrol).
(4)  Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
(5)  Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan.
(6)  Belum memberikan persetujuan tertulis.
h)    Kontraindikasi relatif menurut Everett (2008;h.253) adalah:
(1)  Meminta sterilisasi pada usia muda, misalnya dibawah 25 tahun
(2)  Obesitas dapat dikontraindikasikan untuk prosedur laparoskopik.
i)      Efektivitas
Menurut Everett (2008;h. 252) sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus, yang berarti efektivitasnya 99,4- 99,8% per 100 wanita per tahun. Keefektivan bervariasi, bergantung pada metode mana yang dipakai.
j)      Efek Samping
Menurut Saifuddin (2006;h. MK-85) efek samping yang ditimbulkan setelah prosedur bedah biasanya adalah:
(1)  Nyeri bahu selama 12 – 24 jam setelah laparoskopi relatif lazim dialami karena gas (CO2 atau udara) di bawah diafragma.
(2)  Periode menstruasi akan berlanjut seperti biasa. (Apabila mempergunakan metode hormonal sebelum prosedur, jumlah dan durasi haid dapat meningkat setelah pembedahan).
k)    Waktu Pelaksanaan
Menurut Saifuddin (2003; h. MK-80 – MK-81) waktu yang tepat dilakukan tubektomi adalah :
(1)  Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.
(2)  Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).
(3)  Pascapersalinan
Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu.
Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien pascapersalinan.
(4)  Pascakeguguran
Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau laparoskopi).
Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap).
2)    Vasektomi
a)    Pengertian
Kontrasepsi mantap pria atau vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anestesi umum  ( Hartanto, 2004 ; h. 307).
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Saifuddin, 2006 ; h. MK-85).
Vasektomi adalah pemotongan vas deferens, yang merupakan saluran yang mengangkut sperma dari epididimis di dalam testis vesikula seminalis (Everett, 2008; h.70).
b)    Jenis - Jenis Vasektomi
Menurut Saifuddin (2006;h. PK-85) macam- macam vasektomi ada 2 yaitu :
(1)  Vasektomi dengan pisau
(2)  Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
c)    Keuntungan
Keuntungan memakai vasektomi menurut Hartanto (2004;h. 308) antara lain :
(1)     Efektif
(2)     Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
(3)     Sederhana.
(4)     Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit.
(5)     Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja.
(6)     Biaya rendah.
(7)     Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis wanita.
(8)     Metode permanen
(9)     Efektivitas tinggi
(10)   Menghilangkan kecemasan akan terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan.
d)    Kerugian
Menurut Hartanto (2004; h. 308) kerugian yang ditimbulkan dari kontrasepsi vasektomi adalah :
(1)  Diperlukan suatu tindakan operatif.
(2)  Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau infeksi.
(3)  Kontap pria belum memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusi vas deferens, dikeluarkan.
(4)  Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduksi pria.
e)    Indikasi
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi reproduksi merupakkan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006 : h.MK-85).
f)     Kontra-indikasi
Menurut Hartanto (2004;h. 308-309) yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi vasektomi adalah :
(1)  Infeksi kulit lokal, misal Scabies
(2)  Infeksi traktus genitalia.
(3)  Kelainan skrotum dan sekitarnya
(a)  Varicocele
(b)  Hydrocele besar
(c)  Filariasis
(d)  Hernia inguinalis
(e)  Orchiopexy
(f)   Luka parut bekas operasi hernia
(g)  Scrotum yang sangat tebal
(4)  Penyakit sistemik
(a)  Penyakit-penyakit perdarahan
(b)  Diabetes mellitus
(c)  Penyakit jantung koroner yang baru
(5)  Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil
g)    Efektivitas
Vasektomi adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif. Angka kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000; angka kegagalan lanjutnya adalah antara 1 dalam 3000 dan 1 dalam 7000 (Everett,2008; h.70).
Menurut  Hartanto (2004; h.313) angka kegagalan 0-2,2%, umumnya kurang dari 1%. Kegagalan vasektomi umumnya disebabkan oleh : senggama yang tidak terlindung sebelum semen/ejakulat bebas sama sekali dari spermatozoa, rekanalisasi spontan dari vas deferens, umumnya terjadi setelah pembentukan granuloma spermatozoa; pemotongan dan oklusi struktur jaringan lain selama operasi.
h)    Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan kontrasepsi vasektomi menurut Everett (2008, h. 71) adalah :
(1)  Infeksi
(2)  Hematoma
(3)  Granula sperma
i)      Waktu pelaksanaan
Tidak ada batasan usia, dapat dilaksanakan bila diinginkan. Yang penting sudah memenuhi syarat sukarela, bahagia, dan kesehatan (Zietraelmart, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66