Remaja adalah kelompok penduduk yang berusia antara 10-19 tahun,
sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik,
sosial, dan emosional kaum muda.
Masa remaja ialah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa.
Secara
biologik sebagian besar remaja sudah matang, tetapi secara sosial,
mental, dan emosional belum. Akibatnya dapat terjadi masalah-masalah
remaja seperti kehamilan diluar nikah, abortus dan ketergantungan obat.
Remaja
memiliki masalah yang berbeda dari orang dewasa, sehingga program
kesehatan kesehatan seksual dan keluarga berencana yang ditujukan kepada
kaum muda harus dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan
mereka, dan bukan diadaptasi dari program yang sudah ada yang ditujukan
kepada orang dewasa. Kaum muda perlu mengumpulkan pengetahuan dan
mengembangkan keterampilan yang diperlukan agar mereka dapat terhindar
dari kehamilan yang tidak diinginkan, terlindung dari IMS, dan dapat
tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat secara seksual.
Masa remaja
dalam perjalanan hidup kita adalah suatu periode transisi yang memiliki
rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai
pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa.
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, bersifat sementara, dan dapat pula bersifat permanen.
Alat
kontrasepsi digunakan pada program keluarga berencana untuk menunda,
mengatur jarak, dan mencegah terjadinya kehamilan. Remaja sebenarnya
tidak membutuhkan alat kontrasepsi, tetapi pada beberapa kasus dimana
terjadi remaja telah seksual aktif, bahkan kadang-kadang pernah
melakukan aborsi biasanya dilakukan konseling untuk mencari jalan
keluarnya. Setelah melalui proses konseling, dapat diketahui prilaku
remaja tersebut dan bila memang sulit untuk dihentikan aktivitas
seksualnya dan tidak/belum mau menikah maka dapat dipertimbangkan
konseling untuk penggunaan alat kontrasepsi.
2.2 Perkembangan Remaja
Tahap perkembangan remaja ada 3, yaitu :
1) Remaja tahap awal (usia 10-14 tahun)
a. Berpikir konkret
b. Ketertarikan utama adalah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama, disisi lain ketertarikan pada lawan jenis dimulai
c. Mengalami konflik dengan orang tua
d. Remaja berprilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya
2) Remaja tahap menengah (15-16 tahun)
a. Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan seringkali menentukan harga diri
b. Remaja mulai melamun, berfantasi dan berpikir tentang hal-hal magis
c. Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orang tuanya
d. Remaja menunjukkan prilaku idealis dan narsistik
e. Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak-ledak dan mood sering berubah
f. Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting
3) Remaja tahap akhir (17-21 tahun)
a. Remaja mulai berpacarandengan lawan jenisnya
b. Remaja mengembangkan pemikiran abstrak
c. Mulai mengembangkan rencana untuk masa depan
d. Berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial dari orangtua
e. Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim
f. Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang
g. Perasaan kuat bahwa dirinya adalah seorang dewasa yang berkembang
Perubahan fisik pada remaja antara lain :
1) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks, yaitu :
a. Menarche pada remaja putri
b. Mimpi basah pada remaja pria
2) Tanda-tanda seks sekunder, yaitu :
a.
Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara, tumbuhnya jakun,
penis dan buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi,
dada lebih lebar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan rambut
disekitar kemaluan dan ketiak
b. Pada remaja putri, pinggul
melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya
rambut diketiak dan sekitar kemaluan (pubis)
Perubahan kejiwaan pada remaja
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi :
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. Sensitive (mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa)
b. Agresive dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi :
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba
2.3 Kontrasepsi untuk Remaja
Sebagian
besar kaum muda akan aktif secara seksual pada masa-masa remaja mereka.
Selama empat dekade terakhir, usia median saat melakukan hubungan intim
pertama kali telah turun menjadi 17 tahun bagi kedua jenis kelamin.
Dengan demikian, remaja memiliki kebutuhan yang lebih besar dari
sebelumnya untuk akses ke bentuk-bentuk kontrasepsi yang dapat diterima
dan handal, apabila mereka ingin menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan.
Remaja yang aktif secara seksual juga beresiko terjangkit
IMS, terutama infeksi klamidia, dan para penyedia layanan kontrasepsi
harus mempertimbangkan hal ini saat memberikan saran. Tidak ada satupun
metode kontrasepsi yang dapat memberi proteksi maksimum terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, dan mungkin diperlukan kombinasi
metode. Tidak ada metode satupun yang cocok untuk semua remaja, dan
dengan demikian anjuran dan pilihan kontrasepsi seharusnya disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing remaja.
1. Kontrasepsi Oral Kombinasi
Kontrasepsi
Oral Kombinasi (KOK) adalah bentuk kontrasepsi yang sangat handal, dan
metode ini sering menjadi pilihan bagi wanita muda dengan proteksi
terhadap kehamilan yang tidak diinginkan merupakan hal yang sangat
penting. Namun, efektivitas metode ini bergantung pada kemampuan wanita
untuk ingat minum pil secara teratur dan benar serta menyadari
situasi-situasi yang efektivitas kontrasepsinya mungkin hilang. Sebagian
wanita muda menjalani gaya hidup tidak teratur yang tidak kondusif
untuk minum pil secara teratur. Pada keadaan seperti ini, dianjurkan
unutk pindah ke metode yang tidak terlalu bergantung pada pemakai.
Kehamilan yang tidak diinginkan sering terjadi pada permulaan suatu
hubungan baru, sebelum digunakannya kontrasepsi yang handal. Sering kali
wanita sudah mengkonsumsi KOK sebelumnya, namun berhenti saat hubungan
yang terakhir,berakhir, dan belum kembali menggunakan KOK. Wanita muda
dapat didorong untuk terus menggunakan pil diantara dua hubungan.
Kekhawatiran mengenai kesehatan sering menyebabkan wanita ”beristirahat”
dari pil. Pada masa inilah dapat terjadi kehamilan yang tidak
diinginkan.
Wanita muda mungkin enggan menggunakan KOK karena
takut akan pertambahan berat badan. Namun, mereka dapat diberi anjuran
mengenai diet yang sehat dan regimen olahraga untuk memastikan bahwa hal
ini tidak menjadi masalah. Juga timbul kekhawatiran mengenai resiko
kanker payudara apabila mereka memakai KOK pada awal masa reproduksi,
yaitu pada tahun-tahun antara menarche dan kelahiran anak pertama.
KOK memberikan banyak manfaat nonkontraseptif, yaitu terjadi
pengurangan perdarahan menstruasi dan dismenorhea. Juga terjadi
penurunan insiden anemia yang dianggap penting di negara berkembang. KOK
akan memberikan manfaat bagi wanita muda yang memiliki jerawat, dan
dapat mengurangi hirsutisme. Selain itu, KOK memiliki efek proteksi
terhadap kista ovarium fungsional, penyakit payudara jinak, dan
keganasan ovarium. Remaja yang menggunakan metode ini harus diberi
anjuran mengenai strategi lain untuk mencapai seks yang aman.
2. Kondom
Kondom
pria merupakan yang paling penting pada praktik seks yang aman, dan
para remaja, walaupun sedang menggunakan metode kontrasepsi yang lain
harus didorong untuk juga menggunakannya (pendekatan ”Double Dutch”).
Kondom memiliki keuntungan yaitu mudah diperoleh ditoko-toko obat,
dipasar swalayan, dan dari mesin kondom. Kondom memiliki angka kegagalan
yang tinggi pada remaja yang kurang pengalaman pemakaiannya.
Seperti kondom pria, kondom wanita juga memberi perlindungan terhadap
HIV dan IMS lain, dan tersedia dipusat layanan keluarga berencana dan
dari toko komersial.
3. Metode Barier lainnya
Diafragma
dan topi (cap) serviks sangat jarang digunakan oleh remaja. Bagi
kelompok pemakai usia remaja, metode-metode ini kurang memberikan
perlindungan yang memadai terhadap kehamilan atau IMS.
4. Pil Progesteron
Pil
progesteron memiliki angka kegagalan yang lebih tinggi pada pemakai
remaja dibandingkan pada pemakai yang lebih tua, an memerlukan tingkat
kedisiplinan yang tinggi dalam meminum pil secara teratur.
5. Metode Progesteron kerja lama
Depot
medroksiprogesteron asetat (DMPA;Depoprovera) populer diantara remaja
putri. Metode ini lebih efektif terhadap kehamilan yang tidak
direncanakan dibandingkan dengan KOK, dan ideal bagi mereka yang sering
lupa minum pil. DMPA dapat menyebabkan penambahan BB dan jerawat bagi
sebagian pemakai, yang menyebabkan DMPA kurang diterima. Seperti KOK,
DMPA tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, dan para pemakai
seharusnya dianjurkan juga untuk menggunakan kondom.
Implant
progesteron 5 tahun, Norplant adalah metode yang relatif populer
diantara remaja yang tidak memiliki rencana untuk hamil dalam waktu
dekat. Implant ini seharusnya menjadi metode yang dapat diterima oleh
banyak remaja, setelah mereka mendapat konseling pra pemasangan yang
adekuat.
6. AKDR
AKDR kecil kemungkinannya menjadi metode
kontrasepsi yang cocok bagi remaja. Remaja cenderung memiliki hubungan
yang lebih singkat, sehingga lebih besar kemungkinannya memiliki banyak
pasangan seksual dalam rentang usia suatu AKDR.
AKDR kadang-kadang
perlu dipasang sebagai metode kontrasepsi pasca koitus bagi para remaja.
Wanita muda mungkin memutuskan untuk meneruskan pemakaian AKDR sebagai
metode kontrasepsinya, dan pasangan tersebut perlu didorong untuk
menggunakan kondom.
7. Kontrasepsi Darurat
Remaja akan
lebih memerlukan kontrasepsi darurat apabila mereka telah melakukan
hubungan intim tanpa perlindungan, atau saat metode kontrasepsi yang
biasa digunakan diketahui gagal.
Ada beberapa hal mengapa remaja tidak dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi, yaitu :
Ø Peraturan Perundang-undangan di Indonesia tidak memperbolehkan penggunaan alat kontrasepsi bagi remaja yang belum menikah
Ø
Ada jenis alat kontrasepsi tertentu, misalnya IUD tidak boleh
digunakan pada rahim yang belum pernah hamil karena dapat merusak
dinding rahim
Ø Selain itu secara mental remaja yang menggunakan
alat kontrasepsi akan merasa bahwa dia dapat berprilaku seksual aktif
tanpa resiko kehamilan dalam arti dia akan permisif terhadapa prilaku
tersebut dan akan sangat mudah terjadi gonta-ganti pasangan, padahal
semua alat kontrasepsi tetap punya angka kegagalan dan hubungan seksual
tidak hanya berakibat kehamilan tetapi juga terkena PMS (Penyakit
Menular Seksual)
Metode KB yang tepat bagi remaja ialah :
v Pendidikan seks yang sehat, sehingga dapat menghindari kehamilan dan penyakit hubungan seksual
v Kondom merupakan pilihan utama karena efek sampingnya tidak ada dan dapat dipergunakan untuk menghindari PMS
v Pil dapat dibenarkan karena efek sampingnya ringan dan tidak banyak mempengaruhi alat genitalia
v Suntikan KB masih dapat dipakai karena pengaruhnya kecil terhadap perubahan hormonal
v AKDR pilihan yang paling akhir bila metode lainnya sulit diterima mengingat pengaruhnya terhadap alat genital
v
Bila berhadapan dengan kehamilan yang tidak diinginkan, maka upaya
gugur kandung masih dipertimbangkan karena berkaitan dengan UU Kesehatan
no.30/tahun 1992 tetapi bertentangan dengan filsafat dan dasar negara
pancasila
2.4 Masalah-masalah Remaja
Banyak masalah-masalah
yang dihadapi oleh para remaja pada saat ini. Hal ini disebabkan karena
pengaruh globalisasi yang tak terkendali yang tidak diiringi oleh
pendidikan agama.
Adapun masalah-masalah yang berkaitan dengan remaja adalah sebagai berikut :
v Informasi mengenai masalah seksual dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang tidak memadai
v Tidak ada atau sangat sedikit akses pelayanan bagi remaja yang bersifat youth friendly dan tidak menghakimi
v Masih kurangnya pengetahuan dan pengalaman petugas untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja
v Remaja masih merupakan kelompok yang dimarginalkan untuk mendapat pelayanan kesehatan reproduksi
v Masyarakat cenderung menganggap aib remaja yang tidak mengikuti norma susila yang berlaku
v
Terdapat peningkatan prevalensi remaja yang aktif menjalankan
kegiatan seksual /berhubungan seks diluar nikah dengan akibat :
o Sekitar 12,2% remaja berusia 15-19 tahun sudah pernah atau sedang hamil
o HIV positif (44% dari penderita berumur 15-22 tahun)
o IMS tertinggi terdapat pada usia 15-23 tahun
o Sebanyak 9,1% perempuan usia 15-19 tahun termasuk kelompok unmet need
o Kehamilan Tidak Diinginkan yang diakhiri dengan aborsi 2,4 juta jiwa/tahun, diantaranya 700 ribu adalah remaja
Dalam
makalah ini akan dibahas masalah-masalah pada remaja yang berkaitan
dengan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) dan Aborsi yang sesuai dengan
contoh kasus yang dilampirkan pada akhir makalah ini.
2.5 Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja umumnya terjadi karena :
ü Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang prilaku seksual yang dapat menyebabkan kehamilan
ü Tidak menggunakan alat kontrasepsi
ü
Kegagalan alat kontarasepsi akibat remaja menggunakan alat
konttasepsi tanpa disertai pengetahuan yang cukup tentang metode
kontrasepsi yang benar
ü Akibat pemerkosaan diantaranya pemerkosaan oleh teman kencannya (date rape)
Banyak
kasus KTD pada remaja yang ditangani secara diam-diam (bukan lewat
proses medis/sepengetahuan orang tua) karena hukuman dari orang tua dan
masyarakat sekitar lebih menakutkan mereka daripada kekhawatiran
terhadap tubuhnya sehingga banyak dari mereka yang mengalami KTD memilih
mengakhiri kehamilannya karena takut hukuman dari orang tua dan
masyarakat.
Karena alasan itu pula orang pertama yang diberi tahu
akan kehamilannya bukanlah orang tua remaja putri tetapi pacarnya.
Mereka berharap sang pacar mau bertanggung jawab atau ikut mencarikan
solusi akan kehamilannya.
Ketakutan akan konsekuensi psikologis (malu
dan tertekan) dan sosial ekonomi, reaksi awal mereka pada umumnya
adalah keinginan dan usaha untuk aborsi. Usaha aborsi awal itu
menggunakan cara-cara yang bervariasi, mulai dari self-treatment sampai
meminta bantuan tenaga medis.
Berdasarkan hasil penelitian Balai
Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial
(B2P3KS), Departemen Sosial Republik Indonesia (Depsos RI) yang bertajuk
”Kehamilan Tidak Diinginkan pada Remaja Tahun 2007” yang dilakukan
disebuah kota di pulau Jawa, ditemukan fakta bahwa remaja yang mengalami
KTD terbanyak adalah yang memiliki pendidikan perguruan tinggi alias
mahasiswa (59,22%), remaja yang berpendidikan SMU (17,70%) dan yang
paling kecil SMP (1,63%). Secara keseluruhan, remaja yang hamil diluar
nikah terbesar terjadi pada tahun 2002 (640 kasus). Kemudian tahun 2004
sebanyak 560 kasus dan tahun 2005 (551 kasus).(Sabili, No.14 Th.XI 24
Januari 2008)
Menelusuri motif dibalik tingginya kasus KTD dikalangan
orang yang mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi diungkapkan oleh
Yusnar. Menurut kepala B2P3KS itu, pendidikan (sekuler) justru memicu
remaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan hamil diluar nikah. Dari
59,22% responden mahasiswi yang mengalami KTD, mereka memiliki alasan :
·
Ingin melakukan tes kehamilan, apakah dirinya bisa hamil atau
tidak, karena jika tidak bisa hamil akan dicerai oleh suaminya
· Pergaulan bebas sebuah demokrasi
· Nilai agama tidak kuat lagi membentengi pergaulan remaja
Strategi untuk mengurangi kehamilan remaja
1) Mengurangi Kemiskinan
Angka
kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang keadaan
sosial ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan dan
memperbaiki prospek sosial ekonomi keluarga muda ini besar
kemungkinannya akan menurunkan angka kehamilan remaja.
2) Memperbaiki penyediaan kontrasepsi
Layanan
yang menawarkan kontrasepsi sebaiknya disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan kaum muda, disertai ekspansi lokal fasilitas-fasilitas yang
ditujukan bagi mereka. Kontrasepsi darurat harus lebih mudah diperoleh,
dan para remaja harus diberi tahu mengenai pengggunaannya. Harus
disediakan suatu layanan terpadu yang menawarkan layanan kesehatan umum
dan seksual bagi kaum muda, dan layanan tersebut harus diberitahukan
secara luas.
3) Mengincar kelompok beresiko tinggi
Kelompok-kelompok
tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya hamil pada usia remaja,
sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. Kelompok ini
mungkin mencakup remaja yang diasuh oleh negara, remaja yang tidak
memiliki rumah, remaja yang tinggal dilingkungan yang sosial ekonominya
lemah, dan remaja yang mereka sendiri adalah anak dari orangtua remaja.
4) Meningkatkan pendidikan
Pendidikan
seks di sekolah berperan penting dalam menurunkan kehamilan remaja.
Program pendidikan seks lebih besar kemungkinannya berhasil apabila
terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanann kesehatan.
2.6 Aborsi
Aborsi adalah suatu tindakan yang disengaja dan direncanakan (abortus provokatus).
Di
Indonesia terdapat dua jenis aborsi yang direncanakan. Bila dilakukan
tanpa indikasi medis yang jelas, maka disebut abortus provokatus
kriminalis, yang tidak sah menurut hukum dan pelakunya diancam hukuman
pidana penjara. Aborsi boleh dilakukan bila ada indikasi medis yang
jelas dan disebut abortus provokatus terapetikus. Adapun kehamilan yang
hilang secara alami dan bukan karena tindakan disengaja disebut
keguguran (abortu spontaneous).
Meskipun peraturan perundang-undangan
mengenai aborsi telah jelas, tetapi tindakan aborsi secara diam-diam
tetap dilakukan. Diseluruh dunia, dimana peraturan hukum aborsi sangat
beragam, hampir 55 juta tindakan aborsi dilakukan setiap tahunnya.
Yang
paling memprihatinkan adalah akibat terhadap kelangsungan hidup dan
kesehatan wanita. Indonesia merupakan negara denagn tingkat kematian ibu
yang paling tinggi diantara negara-negara Asia Tenggara. Diperkirakan
bahwa komplikasi tindakan aborsi yang tidak aman menyumbang hampir 3%
dari kematian ibu di Indonesia.
Usaha aborsi yang sering digunakan
oleh remaja-remaja yang telah hamil ini adalah dengan usaha self
treatment, seperti dengan mencoba minum jamu-jamu tradisional pelancar
haid yang dijual bebas di pasaran umum dengan dosis tinggi, dengan
meminum ramuan tradisional yang diracik sendiri seperti ragi tape dan
air perasan buah nanas muda, mencoba datang ke dukun paraji atau tukang
urut tradisional atau menenggak minuman keras dan obat-obatan tanpa
resep dengan dosis tinggi.
2.7 Pembinaan Pengetahuan bagi Remaja
Pembinaan
bagi remaja bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang
berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, disamping menangani
masalah yang ada.
Pembekalan pengatahuan yang diperlukan remaja meliputi :
1) Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja
Pembekalan
pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan
kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi
berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang alat
reproduksi remaja laki-laki dan perempuan, serta tentang kontrasepsi
perlu diperoleh setiap remaja.
2) Proses reproduksi yang bertanggung jawab
Manusia
secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan
naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif,
seperti olahraga, dan mengembangkan hobi yang membangun.
3) Pergaulan yang sehat
Remaja
memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri
secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan,
seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan NAPZA
4) Persiapan Pra nikah
Diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan keluarga
5) Kehamilan dan persalinan serta cara pencegahannya
Agar
masa transisi seksual dari anak menjadi dewasa berhasil, para remaja
perlu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan pada beberapa area
penting dalam kesehatan reproduksi :
· Hubungan, baik sosial maupun seksual
· Negosiasi dalam suatu hubungan, termasuk ”hak untuk mengatakan tidak”
· Seks dan prilaku seks
· Bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri, dan ikut bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain
· Kesuburan dan kontrasepsi
· Kehamilan, termasuk segala akibat dan pilihannya
· IMS
· Praktik seks yang lebih aman
· Keterampilan menjadi orang tua
2.8 Peran Petugas
o
Sebelum memutuskan memberi pelayanan kontrasepsi pada remaja,
perlu diperhatikan undang-undang serta peraturan yang berlaku (KUHP dan
Undang-undang nomor 10 tahun 1992), serta aspek-aspek sosial dan budaya
masyarakat yang ada
o Petugas perlu memahami prilaku seksual
remaja serta upaya pemberian kontrasepsi untuk mencegah kehamilan dan
IMS, dan kemungkinan kembalinya kesuburan
o Konseling memegang
peranan sangat penting untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan,
sikap, dan prilaku yang bertanggung jawab dalam kehidupan seksual mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar