Kamis, 06 April 2017

Seksio Sesarea

Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
Indikasi
Indikasi ibu
  • Disproporsi sefalopelvik
  • Pelvis kecil atau malformasi
  • Bekas seksio sesarea dengan indikasi disproporsi sefalopelvik
  • Disfungsi uterus
  • Distosia jaringan lunak
  • Plasenta previa
Indikasi janin
  • Janin sangat besar
  • Gawat janin
  • Letak lintang
  • Presentasi bokong pada primigravida
  • Double footling breech
Jenis
  • Seksio sesarea klasik
  • Seksio sesarea transperitoneal profunda
  • Seksio sesarea diikuti dengan histerektomi
  • Seksio sesarea ekstraperitoneal
lamp a - jenis seksio
Syarat dan Persiapan
  • Kaji ulang indikasi.
  • Melakukan konseling risiko dan keuntungan seksio sesarea dibandingkan persalinan pervaginam. Catat indikasi dan hasil konseling.
  • Seksio sesarea elektif dilakukan pada usia kehamilan di atas 38 minggu.
  • Informed consentkepada ibu dan satu orang perwakilan keluarganya dan melengkapi surat persetujuan tindak medis.
  • Tanyakan dan catat riwayat medis dan pembedahan, riwayat alergi obat dan makanan, dan riwayat pembiusan pada operasi sebelumnya.
Langkah-langkah
  • Periksa ulang denyut jantung janin dan presentasi janin.
  • Lakukan tindakan pencegahan infeksi.
  • Berikan antibiotika profilaksis sebelum operasi (ampisilin 2 g IV atau sefazolin 1 g IV atau antibiotika setara sesuai panduan setempat).
  • Dapat digunakan anestesia lokal, ketamin, anestesia spinal, atau anestesia umum.
  • Anestesi spinal merupakan pilihan utama. Pada anestesia spinal, berikan 500 – 1000 ml cairan infus (Ringer Laktat atau NaCl) 30 menit sebelum anestesia untuk melakukan pre-load dan mencegah hipotensi. Pasang kateter urin.
  • Pasang infus.
  • Jika kepala bayi telah masuk panggul, lakukan tindakan antisepsis pada vagina.
Membuka Perut
  • Sayatan perut dapat secara Pfannenstiel atau mediana, dari kulit sampai fasia.
  • Setelah fasia disayat 2-3 cm, insisi fasia diperluas dengan gunting.
  • Pisahkan muskulus rektus abdominis dengan jari atau gunting.
  • Buka peritoneum dekat umbilikus dengan jari.
  • Retraktor dipasang di atas tulang pubis.
  • Pakailah pinset untuk memegang plika vesiko uterina dan buatlah insisi dengan gunting ke lateral.
  • Pisahkan vesika urinaria dan dorong ke bawah secara tumpul dengan jari-jari.
Selain teknik di atas, saat ini ada beberapa teknik insisi lain, misalnya teknik Joel-Cohen yang berdasarkan penelitian terkini, memiliki kelebihan dibanding teknik Pfannenstiel atau vertikal (klasik). Teknik Joel-Cohen adalah insisi kulit lurus transversal, 3 cm di atas simfisis pubis lalu lapisan jaringan di bawahnya dibuka secara tumpul dan, jika diperlukan, diperluas dengan gunting (bukan pisau).
Membuka Uterus
  • Segmen bawah uterus disayat melintang kurang lebih 1 cm di bawah plika vesiko uterina dengan skalpel ± 3 cm.
  • Insisi diperlebar ke lateral secara tumpul dengan jari tangan atau secara tajam dengan menggunakan gunting.
ilustrasi revisi WHO 89 ilustrasi revisi WHO 90
Melahirkan Bayi dan Plasenta
  • Selaput ketuban dipecahkan.
  • Untuk melahirkan bayi, masukkan 1 tangan ke dalam kavum uteri antara uterus dan kepala bayi.ilustrasi revisi WHO 91
  • Kemudian kepala bayi diluksir ke luar secara hati-hati agar uterus tidak robek.
  • Dengan tangan yang lain, sekaligus menekan hati-hati abdomen ibu di atas uterus untuk membantu kelahiran kepala.
  • Jika kepala bayi telah masuk panggul, mintalah seorang asisten untuk mendorongnya ke atas secara hati-hati.
  • Lakukan penghisapan pada mulut dan hidung bayi, kemudian lahirkan badan dan seluruh tubuh.
  • Inisiasi Menyusui Dini pada bayi dapat dilakukan bila tidak terdapat kontraindikasi.
  • Berikan oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan IV (NaCl atau Ringer Laktat) 60 tetes/ menit selama 1-2 jam.
  • Plasenta dan selaput dilahirkan dengan tarikan hati-hati pada tali pusat. Eksplorasi ke dalam kavum uteri untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang tertinggal.
Menutup Insisi Uterusilustrasi revisi WHO 92
  • Jepit tepi luka insisi pada segmen bawah uterus dengan klem Fenster, terutama pada kedua ujung luka. Perhatikan adanya robekan atau cedera pada vesika urinaria.
  • Dilakukan jahitan hemostasis secara jelujur dengan catgut kromik no. 0 atau poliglikolik.
  • Jika masih ada perdarahan dari tempat insisi, lakukan jahitan simpul 8. menutup Perut
  • Yakinkan tidak ada perdarahan lagi dari insisi uterus dan kontraksi uterus baik.
  • Fasia abdominalis dijahit jelujur dengan catgut kromik no. 0 atau poliglikolik.
  • Apabila tidak ada tanda-tanda infeksi, kulit dijahit dengan nilon atau catgut kromik secara subkutikuler.

Masalah yang dapat Dialami Sewaktu Pembedahan

Perdarahan terus berlanjut
  • Lakukan masase uterus.
  • Jika terdapat atonia uteri, lanjutkan infus oksitosin, beri ergometrin 0,2 mg IV.
  • Transfusi darah jika perlu.
  • Jika perdarahan tidak dapat diatasi, lakukan ligasi arteri uterina dan arteri utero-ovarika, atau histerektomi jika perdarahan tetap berlanjut.
Bayi sungsang
  • Jika bayi presentasi bokong, lakukan ekstraksi kaki melalui luka insisi, selanjutnya lahirkan bahu seperti persalinan sungsang.
  • Kepala dilahirkan secara Mauriceau Smellie Veit.

Perawatan Pascatindakan

  • Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam selama 48 jam:
    • Ampisilin dosis awal 2 g IV, lalu 1 g setiap 6 jam.
    • DAN Gentamisin 80 mg IV setiap 8 jam.
    • DAN Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam.
  • Beri analgesik jika perlu.
  • Periksa tanda vital (tekanan darah, nadi, pernafasan dan keadaan umum), tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada satu jam pertama, 30 menit dalam 1 jam berikutnya, dan tiap 1 jam dalam 4 jam berikutnya.
  • Jika dalam dalam 6 jam pemantauan:
    • Kondisi ibu stabil: Pindahkan ibu ke ruang rawat.
    • Kondisi tidak stabil: Lakukan evaluasi ulang untuk tindakan yang sesuai.
  • Catat seluruh tindakan dalam rekam medis.

Perawatan selama rawat inap

  • Rawat gabung ibu dan bayi.
  • Periksa tanda vital (tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi napas, suhu tubuh), produksi urin, dan perdarahan pervaginam setiap 6 jam selama 24 jam dan setiap 8 jam selama 48 jam berikutnya jika kondisi ibu stabil.
  • Periksa kadar Hb setelah 24 jam dan melakukan transfusi bila Hb<8 g/dL.
  • Pasien dipulangkan bila hasil pemantauan selama 3 x 24 jam dalam batas normal dan kadar Hb ≥8 gram/dL.
  • Buat resume dalam rekam medis dan berikan pasien surat kontrol.
CATATAN:
Perhatikan kondisi pasien selama tindakan dan pasca persalinan. Komplikasi yang dapat timbul adalah:
• Perdarahan
• Infeksi
• Cidera pada janin
• Cidera pembuluh darah
• Cidera kandung kemih atau saluran gastrointestinal
• Emboli air ketuban

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

HUT IBI Cabang Nganjuk Ke 66